Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia mencatatkan utang luar negeri pada Juli 2016 sebesar US$324,2 miliar atau naik sedikit dari akhir kuartal II/2016 sebesar US$323,8 miliar. Utang luar negeri publik mengalami pertumbuhan 17,9% (year on year) dibandingkan bulan sebelumnya, sementara utang luar negeri swasta terus menurun.
Utang luar negeri swasta turun 3,4% (yoy) pada Juli 2016, setelah pada bulan sebelumnya juga turun 3,1%. Melambatnya utang swasta ini sejalan dengan pertumbuhan kredit dalam negeri yang lamban sebesar 7,4% (yoy) pada Juli 2016. Pertumbuhan kredit juga semakin tergerus pada Agustus 2016 yang hanya tumbuh 6% (yoy).
Gubernur BI Agus D.W Martowardojo mengatakan porsi utang swasta sudah lebih besar dibandingkan dengan utang luar negeri publik. Posisi utang luar negeri swasta tercatat US$164,5 miliar atau 50,7% dari total utang pada akhir Juli 2016, sedangkan utang luar negeri sektor publik sebesar US$159,7 miliar atau 49,3% dari total utang.
Saat ini, utang swasta yang ditarik lebih besar berasal dari nonbank sebesar US$134,9 miliar. Namun, dengan prinsip kehati-hatian atau rasio lindung nilai (hedging) akan menjaga pengeloaan utang yang baik.
“Utang swasta dengan kita keluarkan peraturan untuk kehati-hatian. Utang luar negeri itu selalu memenuhi rasio, itu kita meyakini terjaga dengan baik,” katanya, di Jakarta, Senin (19/9/2016).
Namun, dia melihat perlunya kewaspadaan pada kemampuan bayar utang di tengah lesunya harga komoditas sehingga menurunkan nilai ekspor. Secara kumulatif nilai ekspor Januari 2016-Agustus 2016 tercatat US$91,73 miliar atau menurun 10,61% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Berutang itu tidak apa-apa asal digunakan untuk kegiatan yang produkti. Yang selama ini kita jaga adalah bahwa penggunaanya adalah untuk yang produktif dan didukung oleh hedging sehingga tidak membuat risiko,” ucapnya.