Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Perak Bali Rindukan Perhatian

Pelaku usaha perak di Bali meminta perhatian pemda terkait maraknya peredaran produk perak bercampur alpaka tetapi dipasarkan dengan label perak asli lengkap disertai stempel kemurnian.

Bisnis.com, DENPASAR--Pelaku usaha perak di Bali meminta perhatian pemda terkait maraknya peredaran produk perak bercampur alpaka tetapi dipasarkan dengan label perak asli lengkap disertai stempel kemurnian.

Keberadaan perak bercampur alpaka dengan harga jual jauh lebih murah dibandingkan perak asli, dikhawatirkan akan menggerus kepercayaan konsumen terhadap produk asal Pulau Dewata.

Ketua Asosiasi Perak Bali (APB) Nyoman Mudita menyatakan deesakan tersebut bukan untuk melarang peredaran produk campuran, tetapi agar produsen memberikan kejelasan kepada konsumen.

"Yang terjadi sekarang ini, kalau pembeli datang dan harganya mahal mereka membandingkan di tempat lain yang lebih murah padahal bahan bakunya berbeda. Setelah kami jelaskan, barulah konsumen paham, tetapi ini kan tidak benar kalau terus terjadi," tuturnya kepada Bisnis, Senin (19/9/2016).

Menurutnya, tidak salah ada pengusaha menjual perak campuran tetapi selayaknya memberikan penjelasan kepada pembeli. Tidak dengan mendiamkan saja, bahkan mengklaim merupakan produk perak asli dengan harga lebih murah.

Dia menilai praktik seperti itu lambat laun akan merugikan nama baik industri perak di daerah ini, yang sudah dibangun sejak lama.‎  Pelaku usaha perak di Bali semakin resah, pasalnya produk perak campuran alpaka yang beredar saat ini berisi stempel kode 925 sehingga meyakinkan pembeli.

Padahal, lanjutnya, kode tersebut hanya diperuntukkan untuk produk dengan kandungan murni perak. Mudita mengharapkan pemda segera bertindak terhadap persoalan ini agar industri perak di destinasi wisata ini masih tetap berkibar di tengah ketatnya persaingan.

Mengutip data BPS Bali, perak dan perhiasan merupakan salah satu komoditas ekspor andalan Bali. Sayangnya, ekspor perhiasan asal Pulau Dewata terus menunjukkan tren penurunan. Pada Juli 2016, tercatat nilai ekspor perhiasan senilai US$3,68 juta, anjlok 47,99% dibandingkan bulan sama tahun lalu US$4,3 juta.

Ketua Celuk Design Center Made Megayasa menyatakan sejatinya serbuan produk asli tapi palsu tersebut ‎salah satu biang keladi industri perak di Desa Celuk, Gianyar lesu. Daerah ini merupakan sentra industri perak di Bali dan sudah berusia sekitar 100 tahun, sayangnya sekarang menunjukkan kelesuan.

Megayasa menuturkan dari awalnya hampir seluruh masyarakat sekitar menggantungkan dari kerajinan perak, sekarang banyak beralih profesi di sektor pariwisata. Bahkan generasi muda setempat juga banyak yang tidak lagi berkecimpung di industri perak. Hal itu terjadi, salah satunya disebabkan penjual perak lebih memilih membeli campuran alpaka sehingga harga bisa dijual murah.

Menurutnya, secara kasatmata di sejumlah lokasi di Celuk juga disinyalir ada yang menjual perak bercampur alpaka. Praktik semacam itu dikhawatirkan berdampak besar terhadap perak made in Celuk yang terkenal di seluruh dunia, khususnya terhadap nama baik.‎ Selain itu, sudah pasti banyak perajin kalah saing dengan produk yang berbahan baku lebih murah.

"Terus terang bingung harus kemana kami adukan. Kami selaku pengusaha UKM jelas tidak memiliki kewenangan menindak mereka. Sebetulnya tidak melarang produk itu dijual, yang kami tegaskan itu jangan pasang logo 925 karena kesannya asli dan merugikan yang benar-benar menjual murni," tutur pemilik Adiputra Jewelry di Celuk ini.

Megayasa mengaku sudah beberapa kali menyampaikan persoalan ini ke dinas terkait, tetapi tidak ada tanggapan bahkan tindak lanjut. Diharapkan ada penanganan dari disperindag, bahkan jika memungkinkan dari kepolisian terhadap perak aspal tetapi distempel kode 925.

Sebelumnya, keluhan juga sudah disampaikan ‎oleh Ketua APB Gianyar Nyoman Tupadana. Dia menyampaikan lambat laun hasil kerajinan celuk di Gianyar tidak dapat dibanggakan, karena serbuan produk aspal. Pemda didesak segera berkordinasi dengan aparat terkait agar persoalan seperti ini bisa diselesaikan dan tidak memperpanjang kerugian penjual perak asli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Feri Kristianto
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper