Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Petani Tolak Impor Gula Mentah Bulog

Kalangan petani tebu rakyat menolak keputusan pemerintah yang menugaskan Perum Bulog melakukan impor gula mentah (raw sugar). Impor itu dinilai terlalu besar sehingga berpotensi menjatuhkan harga di tingkat petani.
Pekerja sedang menimbang gula yang dkemas dalam plastik di Pasar legi, Solo, Selasa (10/5). JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu
Pekerja sedang menimbang gula yang dkemas dalam plastik di Pasar legi, Solo, Selasa (10/5). JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu

Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan petani tebu rakyat menolak keputusan pemerintah yang menugaskan Perum Bulog melakukan impor gula mentah (raw sugar). Impor itu dinilai terlalu besar sehingga berpotensi menjatuhkan harga di tingkat petani.

Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Nasional Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPN Aptri) M Nur Khabsyin mengatakan impor gula mentah tersebut pun dilakukan pada musim panen sehingga sangat merugikan petani.

“Impor itu akan mempengaruhi stok dan menyebabkan harga gula turun. Saat ini harga lelang gula petani Rp11.000 padahal bulan lalu masih di kisaran Rp12.000. Kami khawatir harga lelang gula tani akan terus merosot mengingat stok bertambah di saat musim giling,” kata Nur di Jakarta, Rabu (7/9/2016).

Menurutnya, harga lelang yang kini sebesar Rp11.000 tersebut hampir mendekati biaya pokok produksi (BPP) petani tebu yaitu Rp10.600. Sebagaimana diketahui, pemerintah kembali menugaskan Perum Bulog mengimpor 267.000 ton gula mentah untuk diolah menjadi gula konsumsi.

Pengolahan tersebut dilakukan oleh pabrik gula rafinasi dan hasilnya akan digunakan untuk operasi pasar menekan harga gula. Bulog menyebut telah bekerjasama dengan 5 pabrik gula rafinasi dan berharap harga gula dapat stabil di level Rp12.000 di tingkat konsumen. DPN Aptri mengkhawatirkan nantinya ada risiko gula rafinasi pun ikut merembes ke pasar tradisional.

“Panen tahun ini tidak menguntungkan bagi petani karena rendemen juga rendah yaitu 6,5%. Hal ini dapat menurunkan semangat petani dalam menanam tebu sehingga dapat berdampak pada produksi gula tahun depan,” ungkap Nur.

Nur mengatakan tujuan impor gula yang disebut untuk menstabilkan harga pun dinilai kurang tepat. Pasalnya, harga gula saat ini terbilang masih wajar. Jika digunakan untuk cadangan, Nur menilai keputusan ini juga tidak tepat mengingat musim giling belum selesai sehingga belum ada angka pasti produksi gula tahun ini.

Menurut catatan DPN Aptri, produksi gula tahun ini diprediksi 2,4 juta ton dan kebutuhan gula konsumsi yaitu 2,7 juta ton. Di sisi lain, total izin impor gula mentah dan gula konsumsi mencapai 1,12 juta ton sehingga pasar berpotensi terjadi banjir gula.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dara Aziliya
Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper