Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hingga Akhir Tahun, Ekspor Mebel Jatim Diperkirakan Stagnan

Kalangan pengusaha mebel yang tergabung dalam Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Jawa Timur memprediksi kinerja ekspor produk mebel dan kerajinan tahun ini masih cenderung stagnan.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, SURABAYA - Kalangan pengusaha mebel yang tergabung dalam Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Jawa Timur memprediksi kinerja ekspor produk mebel dan kerajinan tahun ini masih cenderung stagnan.

Ketua Himki Jatim, Nur Cahyudi mengatakan hingga semester I tahun ini saja, capaian kinerja ekspor mebel Jatim masih sekitar US$630 juta naik dibandingkan realisasi tahun lalu di periode yang sama yakni sekitar US$594 juta.

Jawa Timur sendiri selama ini telah menyumbang 60% dari total ekspor mebel dan kerajinan secara nasional. "Semester I ini memang ada kenaikan karena dipicu permintaan dari Amerika Serikat, tapi sampai akhir tahun ini sepertinya tidak jauh beda dengan tahun lalu sekitar US$1,1 miliar," jelasnya, Kamis (1/9/2016).

Adapun ekspor mebel selama ini kebanyakan menuju Amerika Serikat yakni berkontribusi sekitar 50%, kemudian disusul ekspor ke negara-negara Eropa. Di pasar Asean, produk mebel Indonesia masih mengalami daya saing yang ketat terutama dengan Vietnam sehingga tidak banyak ekspor ke negara Asean. "Faktor utama yang mempengaruhi daya saing adalah upah minium pekerja di sana yang lebih rendah," imbuhnya.

Bendahara Himki Jatim, Choiril Muchtar mengatakan permasalahan industri mebel cukup kompleks dan banyak tantangan yang harus dihadapi.

Namun diharapkan dengan adanya peleburan dua asosiasi pengusaha mebel yakni Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) dan Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), industri mebel bisa tumbuh lebih baik.

"Penggabungan dua organisasi ini kan anjuran dari Presiden Joko Widodo dan diharapkan bisa membuat organisasi ini lebih kuat dan menjadi partner pemerintah terutama dalam hal kebijakan yang mendukung kemajuan industri," katanya.

Choiril menambahkan, salah satu kebijakan yang perlu disoroti dalam sektor mebel yakni adanya penerapan pajak pembelian bahan baku kayu yang mencapai 10%. Menurutnya, pengenaan pajak untuk bahan baku kayu ini sangat memberatkan pengusaha karena pengusaha sudah sulit untuk menaikkan harga produk yang sudah diolah.

"Seharusnya pajak bahan baku ini dihapuskan, kan bahan baku itu belum diolah, masih mentah dan belum punya nilai jual yang tinggi," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper