Bisnis.com, MEDAN - Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara pesimistis perpanjangan pembatasan ekspor karet (agreed export tonnage scheme/AETS) hingga akhir tahun ini mampu membuat harga yang menguntungkan bagi petani karet.
Kendati demikian, perpanjangan tersebut dinilai akan mampu menahan harga karet dunia jatuh lebih dalam.
Sekretaris Gapkindo Sumut Edy Irwansyah menyebutkan, penerapan pembatasan ekspor mulai 28 Januari-31 Agustus 2016 tersebut terbilang sukses menahan harga karet. "Tapi harga belum renumeratif bagi petani. Ini yang kami khawatirkan, karena produksi cenderung menurun," sebut Edy, Selasa (30/8/2016).
Lebih lanjut, dia menerangkan harga renumeratif bagi petani karet adalah US$2 per kg. Adapun, per Juli 2016, berdasarkan data Gapkindo Sumut, ekspor karet Sumut menurun 14.124 ton atau mencapai 239.667 ton dari 253.791 ton pada Januari-Juli 1985. Volume ekspor pada Juli 2016 saja, mencapai 31.645 ton.
Sementara itu, penyerapan karet domestik meningkat 2.554 ton atau mencapai 11.040 ton dibandingkan dengan 8.486 ton pada Januari-Juli 2015.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan bersama negara ITRC lainnya menyepakati perpanjangan AETS hingga akhir tahun ini. Kemendag tidak menutup kemungkinan, pengurangan ekspor ini diperpanjang lagi setelah Desember 2016, jika memang dirasa perlu, terutama dari sisi harga.