Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan produksi perikanan budidaya diperkirakan terus menyalip perikanan tangkap yang saat ini masih menjadi kontributor utama ikan dan makanan laut.
Konsultan bisnis Ipsos Business Consulting memperkirakan perikanan budidaya tumbuh 3,7% per tahun selama 2015-2020, sedangkan perikanan tangkap hanya 0,4% per tahun.
"Dengan terus bertambahnya permintaan seafood global, produksi akuakultur diharapkan mengambil peran lebih besar secara signifikan dibandingkan dengan perikanan tangkap pada masa depan," ujar Senior Consulting Manager Ipsos Business Consulting Domy Halim dalam siaran pers.
Menurutnya, saat ini budidaya pertambakan adalah sektor produksi pangan yang tumbuh paling cepat secara global. Indonesia merupakan produsen akuakultur terbesar ke-4 di dunia walaupun baru memanfaatkan 7,38% dari total luas potensial.
Jika terus tumbuh pada level seperti saat ini, World Fish Foundation memproyeksi perikanan budidaya akan tumbuh lebih dari 10,1 juta ton per tahun, menciptakan 8,9 juta pekerjaan tetap, dengan nilai pasar US$39,5 miliar pada 2030.
"Ini menunjukan potensi yang luar biasa mengingat lebih dari 80% usaha perikanan Indonesia pada 2014 masih usaha rumah tangga tradisional dan nelayan yang memanfaatkan teknologi sederhana," tuturnya.
Salah satu komoditas utama di Indonesia adalah udang yang menyumbang ekspor sekitar US$1,5 miliar. Sebagai perbandingan, ikan hanya menyumbang US$1 miliar dan rumput laut US$0,2 miliar.
Nilai ekspor udang juga tumbuh yang tercepat, yakni 15,4% per tahun sepanjang 2011-2014, sedangkan ikan dan rumput laut hanya tumbuh masing-masing 1,4% dan 12,8% per tahun.