Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah maskapai mulai bersiap-siap menghadapi kemungkinan adanya gangguan terhadap operasional layanan jasa angkutan udara, seiring dengan meluasnya area kebakaran hutan dan lahan di Sumatra.
Managing Director PT Transnusa Aviation Mandiri Bayu Sutanto mengatakan asap yang ditimbulkan dari kebakaran hutan dan lahan dapat membahayakan penerbangan. Oleh karena itu, maskapai terus berkoordinasi dengan operator bandara.
“Ada yang namanya itu safety notice. Nah kami pantau terus ini. Kalau sore dan pagi masih pekat [asap], besar kemungkinan untuk sementara ini, kami bakal close dulu layanan ke depannya,” katanya, Senin (29/8/2016).
Bayu mengaku kegiatan penerbangan Transnusa rute Jakarta-Dumai pada Senin pagi (29/8) sempat terganggu. Transnusa terpaksa menurunkan penumpang di Bandara Syarif Kasim II Pekanbaru, menyusul asap pekat di Bandara Pinang Kampai Dumai.
Akibat asap tersebut, sambungnya, Transnusa terpaksa kembali ke Jakarta, melalui Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta Timur tanpa mengangkut satu pun penumpang. Meski begitu, dia menilai kondisi tersebut merupakan risiko perusahaan.
“Notam penutupan bandara untuk saat ini kami masih belum terima, namun untuk jarak pandang memang sudah ada pemberitahuan. Kami harap kondisi ini [asap pekat] bisa cepat selesai,” tuturnya.
Sekadar informasi, Transnusa mencatatkan frekuensi terbang sebanyak 5.286 penerbangan pada tahun lalu, dengan penumpang yang diangkut sebanyak 184.565 penumpang. Adapun, tingkat ketepatan waktu maskapai mencapai 74,82%.
Di tempat berbeda, VP Corporate Communication PT Citilink Indonesia Benny S. Butarbutar mengaku kegiatan operasional Citilink di wilayah Sumatra sampai saat ini, masih berjalan normal.
“Sementara ini belum ada laporan. Tapi kami sebenarnya juga sedang siap-siap kalau besok ada asap. Apalagi, kami memiliki beberapa rute penerbangan di Sumatra, seperti di Banda Aceh, Medan, Pekanbaru dan Jambi,” ujarnya.
Saat ini, lanjut Benny, maskapai terus memantau perkembangan di Sumatera. Dia berharap pemerintah dapat berkoordinasi secara lebih intensif dengan maskapai agar kondisi lapangan dapat segera diinformasikan kepada maskapai.
Seperti diketahui, Citra Satelit Himawari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada 27 Agustus 2016 memperlihatkan bahwa terdapat sebaran asap yang cukup pekat di bagian barat Provinsi Riau.
Dalam siaran pers BMKG, Sabtu (27/8), disebutkan bahwa kondisi itu mengindikasikan adanya area kebakaran lahan yang cukup luas. Bahkan, sebaran asap tersebut berpotensi mengarah ke negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura.
Selain itu, BMKG juga mengindikasikan bahwa wilayah Sumatra bagian barat sangat rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan. Pasalnya, tingkat pengendalian kebakaran hutan dan lahan pada tingkat sulit-sangat sulit, terutama dalam lima hari ke depan.
Wilayah yang termasuk dalam kategori tersebut a.l Riau, Sumatra Utara, Jambi, Aceh, Sumatra Barat, Bengkulu dan sebagian Sumatra Selatan. Adapun, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah juga cenderung mengalami peningkatan potensi kebakaran.
Oleh karena itu, BMKG mengimbau kepada seluruh instansi untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi peningkatan kebakaran hutan dan lahan, dan tidak melakukan aktivitas pembakaran lahan.
Selain itu, BMKG juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker dan menjaga kondisi tubuh agar tidak mudah terserang penyakit, apabila wilayahnya telah tercemari polusi asap.