Bisnis.com, TANGSEL - Rencana PT PLN (Persero) mengakuisisi PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dinilai tidak banyak menguntungkan.
Fabby Tumiwa, pengamat energi dari Institute for Essential Services Reform (IESR), mengatakan tidak banyak keuntungan yang diperoleh PLN dari akuisisi PGE, misalnya dari sisi biaya produksi listrik.
Sebab, dengan kapasitas PGE yang sampai akhir tahun ini ditargetkan hanya mampu memasok geothermal untuk pembangkit 600 MW, jumlah itu dinilai masih jauh dari kebutuhan PLN.
“Tidak mungkin itu bisa menekan biaya produksi listrik. Kalau menurunkan biaya panas bumi bagi PLN itu mungkin. Tetapi, kalau menurunkan harga produksi masih sulit,” katanya dalam diskusi energi di Tangsel, Selasa (23/8/2016).
Menurutnya, PLN akan kesulitan dalam memberikan permodalan agar PGE melakukan ekspansi dan mengembangkan bisnisnya. Berbeda dengan sekarang PGE di bawah Pertamina yang justru bisa lebih lincah.
Dia mengatakan PLN disarankan fokus pada pembangunan pembangkit listrik, mengingat sampai saat ini baru sekitar 13.000 MW pembangkit yang selesai proses tendernya, sedangkan yang lain masih jalan di tempat.
Dengan lambatnya proses tender maka akan berujung pada keterlambatan konstruksi yang tentu ujung-ujungnya bakal berdampak pada ancaman krisis listrik.
Padahal, lanjut Fabby, mestinya jika ditargetkan pada 2019 harus ada tambahan pembangkit 19.000 MW, maka pembangunan pembangkitnya sudah harus dilakukan saat ini untuk memenuhi kebutuhan pada tahun itu.