Bisnis.com, TANGERANG—Meski pasar rumah bekas belum sepenuhnya pulih dari koreksi harga sejak 2014, segmen ini dinilai masih memiliki potensi di sejumlah wilayah terutama di Jakarta Barat dan Tangerang.
F. Rach Suherman, CPA Sekjen Ikatan Analis Properti Indonesia mengatakan kontribusi pasar rumah bekas di Jakarta Barat sekitar 17% dari total pasar rumah bekas secara nasional, posisi kedua berada di Serpong, Cikarang, dan pinggiran Jabodetabek.
Khusus Tangerang, Rach menyebutkan pasar rumah baru dan bekas tumbuh seimbang karena didukung oleh keberadaan transportasi umum dan infrastruktur yang memadai. Sebaliknya, pasar rumah bekas di Jakarta Barat tumbuh stabil dan sporadis mengikuti peningkatan permintaan.
“Saya memperkirakan pertumbuhan harga rumah bekas di Jabodetabek masih berkisar 5%-10% hingga semester I/2016. Tak banyak tumbuh karena di beberapa daerah, koreksi harga masih terjadi,” ucapnya kepada Bisnis, Minggu (21/8).
Soal koreksi harga, pasar rumah bekas dengan segmen premium lebih banyak mengalaminya sedangkan segmen menengah ke bawah masih tumbuh bagus pada periode yang sama di Jabodetabek.
Secara khusus di Jabodetabek, pangsa pasar rumah bekas masih kalah dibandingkan rumah baru dengan masing-masing proporsinya mencapai 40% dan 60%. Hingga saat ini, secondary house market belum mampu mengkompensasi industri properti yang tengah melemah pertumbuhannya.
Jika dirinci, pergerakan harga rumah bekas sempat mencapai titik tertinggi pada 2010-2011 dan langsung merosot sejak dua tahun lalu. Soal koreksi harga, dirinya menilai hal tersebut lebih banyak dialami oleh pasar rumah bekas yang dilakukan oleh investor atau spekulan sedangkan bagi end user, koreksi itu tidak terjadi.
Dengan adanya pemangkasan pajak oleh pemerintah, Rach yang juga menjabat CEO Property Excellence & Advisory memperkirakan hal tersebut tidak akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan pasar rumah bekas. “Akan lebih mengena jika pemerintah memangkas suku bunga acuan dan relaksasi tax amnesty,” tambahnya.
Pada saat yang sama, Hartono Sarwono, Ketua Umum AREBI (Asosiasi Real Estat Broker Indonesia) menjelaskan koreksi harga di pasar rumah bekas sudah mencapai 10%-20% beberapa tahun belakangan.
“Selain Tangerang dan Jakarta Barat, Bekasi juga bagus karena daya serapnya tinggi dan cepat. Pergerakan rumah bekas masih terbatas karena okupansi ruko dan perkantoran juga masih rendah di Jabodetabek,” tuturnya.
Di beberapa daerah, misalnya Kabupaten Tangerang dan khususnya di Maja yang saat ini masih mengalami euforia rumah baru, dirinya mengungkapkan pasar rumah bekas belum bisa terdeteksi karena belum memiliki sejarah.