Bisnis.com, TOKYO – Ekspor Jepang dilaporkan mencatatkan penurunan terbesar sejak 2009 serta penurunan bulan kesepuluh berturut-turut pada Juli 2016.
Penurunan ini menyoroti sulitnya upaya mendongkrak pertumbuhan dan menarik perekonomian Jepang keluar dari kelesuan.
Menurut laporan Kementerian Keuangan Jepang hari ini, seperti dilansir Bloomberg, jumlah pengiriman ke luar negeri anjlok 14% pada Juli dibanding setahun sebelumnya, lebih besar dari prediksi rata-rata para ekonom dalam survey Bloomberg dengan penurunan 13,7%.
Sementara itu, jumlah impor jatuh 24,7% yang mengakibatkan surplus perdagangan senilai 513,5 miliar yen (US$5,2 miliar).
Menurunnya ekspor telah menyeret pertumbuhan Jepang, dengan ekspor bersih yang memangkas 0,3 poin persentase pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal kedua.
Di sisi lain, nilai tukar mata uang yen telah melonjak sekitar 20% sejak awal tahun ini sehingga menekan kinerja ekspor serta membuat para usahawan semakin ragu untuk berinvestasi.
"Saya rasa kondisi perekonomian yang buruk di AS pada paruh pertama tahun ini kemungkinan masih mempengaruhi,” ujar Masaki Kuwahara, Ekonom senior Nomura Securities di Tokyo.
Jumlah ekspor ke AS melemah 11,8% pada Juli dibanding setahun sebelumnya, sementara ekspor ke Uni Eropa turun 6,5% dan ekspor ke China, partner dagang terbesar Jepang, drop 12,7%.