Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pertanian tengah mempersiapkan grand design untuk menarik kalangan muda berusia di bawah 35 tahun untuk dapat mengembangkan sektor budidaya hingga pengolahan komoditas pertanian.
Kepala Bidang Penyelenggaraan Pendidikan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Siswoyo menyampaikan program tersebut menyasar para siswa di sekolah pertanian, kalangan muda dengan latar belakang pendidikan pertanian, hingga para pemodal muda yang menjajaki usaha di sektor pertanian.
“Kami ingin dapat menstimulan dan mendorong yang muda untuk dapat jadi wirausaha pertanian. kami susun grand design-nya, nnati setelahnya akan disosialisasikan ke kementerian atau lembaga lain. Regenerasi petani ini harus lintas sektor,” jelas Siswoyo di Jakarta, Kamis (11/8/2016).
Siswoyo merincikan untuk tahap awal, Kementan melalui sekolah-sekolah pertanian di daerah akan melakukan pelatihan dan pendampingan. Selanjutnya, kelompok-kelompok ini akan diminta menyusun rencana bisnis (business plan).
Setelah menempuh pendidikan dan pelatihan selama tiga tahun, peserta pun diharapkan dapat menjadi mandiri, lalu Kementan akan menyalurkan modal awal dengan besaran antar Rp15-Rp35 juta. Sepanjang tahun ini, Kementan mengalokasikan dana hingga Rp12,3 miliar untuk sekitar 1.500 orang wirausaha tani.
Siswoyo mengatakan selain memberikan stimulus awal, pemerintah pun akan melakukan pendampingan kemitraan bagi para wirausaha tani muda tersebut.
“Akan kami kawal sampai skala bisnisnya mumpuni. Jadi mislanya nanti mereka butuh modal, akan kami hubungkan dengan pihak perbankan. Kalau butuh kepastian pasar, akan kami hubungkan dengan teman-teman asosiasi,” jelasnya.
Dia menuturkan para pelaku usaha muda ini didorong untuk menciptakan inovasi-inovasi baru pengolahan komoditas pangan Indonesia. Untuk itu, kecukupan bahan baku dapat diperoleh dari membangun mitra-mitra dengan para petani budidaya.
Sebagai catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) yang tercantum pada Sensus Pertanian 2013 menunjukkan struktur usia petani Indonesia sangat timpang, dengan 62% di antaranya berusia di atas 45 tahun, 26% berada di rentang usia 35-45 tahun, dan hanya 12% yang berusia di bawah 35 tahun.
BPS juga mencatat dalam kurun sepuluh tahun 2003-2013, rumah tangga tani berkurang sebanyak 5 juta.
Sejalan dengan fakta itu, hasil Survei Ongkos Usaha Tani (SOUT) Tanaman Pangan menunjukkan sebagian besar petani tanaman pangan yaitu 96,45%, berusia lebih dari 30 tahun, dan hanya 3,55% yang berusia di bawah 30 tahun.
Ketua Umum Forum Tani Indonesia (Fortani) Wayan SUpadno mengatakan anak muda saat ini tidak tertarik dai petani karena menilai kesejahteraan petani tidka terjamin. Dia memprediksi pada 2023 mendatang, Indonesia akan kehilangan hingga 16 juta keluarga petani.