Bisnis.com, JAKARTA — Produsen tekstil Indonesia baru memproduksi sekitar 15% dari seluruh jenis kain yang beredar di dunia.
Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka, Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan kinerja buruk pada sektor industri kain adalah penghambat utama pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil (TPT).
Dia mengungkapkan industri garmen sebetulnya masih terus tumbuh dan mampu bersaing di pasar ekspor. Namun, kinerja seluruh industri TPT terhambat oleh keterbatasan kemampuan industri tekstil.
“Industri kain kita masih minim sekali. Jenis-jenis kain yang bisa kita produksi paling cuma 15-an padahal ada 100 jenis kain. Tidak hanya untuk pakaian, tetapi juga untuk jok atau karpet,” katanya kepada Bisnis.com, Senin (8/8/2016).
Sigit mengharapkan keterbatasan kemampuan industri tekstil bisa berkurang seiring dengan peningkatan investasi baru di sektor industri TPT hulu di Indonesia, termasuk pabrik pemintalan benang PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR) senilai US$40 juta di Subang, Jawa Barat.
Data BPS menunjukkan produk domestik bruto industri tekstil dan produk tekstil merosot 0,72% pada semester I/2016. PDB industri tekstil dan garmen kembali merosot 0,1% pada kuartal II/2016 setelah menyusut -1,34% pada kuartal I/2016.
PDB industri TPT terus menyusut dalam 7 kuartal terakhir atau sejak kuartal IV/2014. Aktivitas produksi industri TPT pada 2015 merosot 4,79% setelah tumbuh 1,56% pada 2014.