Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian berkomitmen melanjutkan kerja sama dengan Kementerian Perindustrian dan Pertambangan Aljazair dengan membangun fasilitas produksi di sektor petrokimia di sana dengan nilai investasi US$4,7 miliar.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan kerja sama ini dilakukan untuk memasarkan produk industri andalan dalam negeri dan memperluas pasar terutama ke negara Eropa karena Aljazair sudah memiliki perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa.
“Aljazair posisinya strategis untuk memasuki pasar Eropa tanpa hambatan tarif, insya Allah. Diharapkan ekspor ke Aljazair meningkat dan ada potensi logistik untuk masuk pasar Eropa,” ujarnya saat menanda tangani MoU bersama Menteri Perindustrian dan Pertambangan Aljazair Abdessalem Bouchouareb, Rabu (3/8/2016).
Dia menjelaskan perusahaan asal Indonesia yang sudah menandatangani nota kesepahaman bersama pihak Aljazair adalah Indorama dan Pertamina. Indorama bahkan disebut sudah membeli bahan baku fosfat untuk jangka panjang senilai US$4,7 miliar.
“Yang kedua, Pertamina telah berproduksi di sana kira-kira 30.000 barrel minyak per hari. Tentu kami mengharapkan ada investor Aljazair yang masuk ke Indonesia. Kami juga menawarkan seperti industri makanan bersertifikasi halal,” ujarnya.
Adapun sejumlah sektor industri yang berpotensi masuk ke pasar Aljazair, lanjutnya, di antaranya industri tekstil, industri bahan bangunan, industri furnitur, industri suku cadang dan komponen.
Ditambah lagi industri petrokimia dan pupuk, industri berbasis logam, industri berbasis material non-logam, industri berbasis agro, mesin pertanian, peralatan energi.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Aljazair Safira Machrusah menjelaskan Indorama nantinya akan membangun pabrik pupuk pengolah fosfat di Aljazair.
“Indorama investasi di sana setelah Idulfitri kemarin dalam bentuk MoU. Alasannya, Indorama melihat potensi di sana jadi nanti mereka kerja sama dengan dua BUMN Aljazair, Asmidal dan Manal,” ujarnya.
Saat ini aktivitas ekspor Indonesia ke Aljazair meliputi produk lemak dan minyak nabati, sabun, karet, olahan daging dan ikan, serta besi dan baja dengan nilai ekspor hingga US$20,5 juta pada 2015. Angka tersebut meningkat sekitar 29% dari tahun sebelumnya.