Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha logistik mendesak Kementerian Perhubungan turun tangan mengatasi kepadatan arus barang/peti kwmas yang disebabkan mampetnya kegiatan delivery peti kemas yang terua terulang di terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta sejak pagi hari ini,Sabtu (30/7/2016).
Ratusan truk pengangkut peti kemas ekspor impor terlihat mengular sehingga menyebabkan kemacetan parah di dalam pelabuhan tersibuk di Indonesia itu yang berpotensi kongesti.
Berdasarkan pantauan Bisnis, kondisi semakin parah karena gate in dan gate out di terminal 3 Priok hanya disiapkan masing-masing satu gate. Peti kemas yang hendak masuk ke terminal 3 Priok itu didominasi kontener milik perusahaan pelayaran Maersk Line yang sejak beberapa waktu lalu di layani pengapalannya melalui terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok.
Antrean masuk ke terminal 3 Pelabuhan Priok itu bahkan sudah sampai mengekor hingga di depan kantor Otoritas Pelabuha Tanjung Priok dan Kantor Syahbandar Pelabuhan Priok.
Sementara, jalan akses ke JICT dan TPK Koja yang berada di jalan Jampea nampak lengang.
Ketua Forum Pengusaha Pengurusan Jasa Transportasi dan Kepabeanan (PPJK) Pelabuhan Tanjung Priok, M.Qadar Zafar mengatakan, masih terulangnya kepadatan delivery peti kemas di sisi darat menandakan instansi terkait dan manajemen Pelindo II tidak serius dalam memperbaiki tata kelola operasional di terminal 3 Pelabuha Priok.
"Truk harus antre sejak pagi mau masuk ke terminal 3 Priok dan sampai siang ini masih mampet. Tolonglah kalau memang kapasitas terminal 3 gak mampu untuk layani ekspor impor jangan dipaksakan untuk itu.Soalnya banyak aktifitas delivery lainnya yang terganggu," ujarnya kepada Bisnis, Sabtu (30-7-2016).
Tegas
Qadar berharap Kemenhub selaku pembina tehnis harus tegas dalam melihat persoalan kepadatan delivery peti kemas yang terus terulang setiap akhir pekan di terminal 3 pelabuhan Priok tersebut.
Dikonfirmasi Bisnis, Ketua Umum Asosiasi Penguasaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan,menyatakan prihatin dengan masih terulangnya kepadatan truk pada akhir pekan di terminal 3 Priok itu.
"Kasihan para pengemudi truk itu tentu sangat lelah.Pengusaha juga rugi apalagi jika delivery barang sampai terlambat," ujarnya.
Gemilang juga heran karena sebelumnya sudah ada komitmen dari Otoritas Pelabuhan dan Pelindo II yang hendak menata ulang operasional di terminal 3 Priok tersebut.
"Kemenhub bisa turun tangan seharus. Sebab kok nyatanya masih terjadi kepadatan dan truk mengular macet mau masuk dan keluar,"paparnya.
Evaluasi
Direktur Lalu Lintas Angkutan Laut Kemenhub, Bay M.Hasani mengatakan, pihaknya akan evaluasi keberadaan terminal 3 Priok yang kini melayani ekspor impor.
"Masih macet ya.Saya akan cek lapangan.Ini tidak boleh terjadi harus segera dievaluasi.Kemenhub akan minta Pelindo II untuk segera tindaklanjuti karena tidak boleh terjadi hambatan di pelabuhan termasuk soal delivery barang disisi darat apalagi kalau sampai terjadi kongesti," ujarnya kepada Bisnis, Sabtu (30/7/2016).
Bay mengatakan, saat dirinya masih menjabat Kepala Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok sudah mengintruksikan supaya kapal kontener Maersk Line dan NYK line yang memicu kepadatan delivery disisi darat itu dipindahkan kegiatan bongkar muatnya ke terminal peti kemas lainnya di pelabuhan Priok.
Sekretaris DPW Asosiasi Logitik dan Forwarder Indonesia (ALFI) DKI Jakarta,Adil Karim mengatakan, penyeragaman tarif kontainer handling charges di lingkungan terminal peti kemas Priok harus segera direalisasikan.
"Kapal asing pengangkut peti kemas ekspor impor itu lebih memilih masuk terminal 3 Priok karena tarifnya lebih murah ketimbang di terminal lainnya. Akibatnya kepadatan yang terus terulang gak bisa dihindari di Priok.Semua pihak harusnya menyadari bahwa kondisi ini akibat adanya perbedaan tarif layanan antar terminal," ujarnya .
Kapal Asing
Dia mengatakan, kapal asing pengangkut peti kemas ekspor impor disinyalir yang paling menikmati dan diuntungkan atas ketidakseragaman tarif bongkar muat peti kemas atau container handling charges (CHC) di pelabuhan Priok itu, padahal pemilik barang tetap harus membayar THC kepada pelayaran asing tersebut saat ini US$95 untuk peti kemas 20 feet.
Saat ini di pelabuhan Priok terdapat empat fasilitas terminal peti kemas ekspor impor yang dikelola JICT, TPK Koja,Mustika Alam Lestari (MAL) dan Terminal 3 Tanjung Priok.
Namun,terdapat perbedaan tarif penanganan petikemas di Terminal 3 Tanjung Priok dan tiga terminal lainnya yaitu Jakarta International Container Terminal (JICT), TPK Koja dan Mustika Alam Lestari (MAL).
Adapun besaran tarif terminal handling charges (THC) di Terminal 3 sebesar US$ 95 dollar per kontainer. Dari jumlah itu, sebesar US$ 73 adalah biaya container handling charges (CHC) yang dibebankan oleh pengelola terminal dan sisanya atau US$ 22 merupakan surcharges pelayaran.
Sedangkan jika di JICT,TPK Koja dan MAL dengan THC US$ 95/peti kemas ukuran 20 feet, pelayaran hanya menikmati surcharges US$ 12/bok dan selebihnya atau US$ 83 merupakan CHC yang diperoleh pengelola terminal peti kemas.
"Pemilik barang bayar tetap US$ 95 perpetikemas 20 feet. Sehingga surchages yang dinikmati oleh pemilik kapal asing diterminal 3 Priok mencapai US$ 22 per bok,sedangkan jika di JICT,Koja dan MAL surcharges yang dinikmati pelayaran asing hanya US$ 12 per bok," ujar Adil.
Adil mengatakan, besaran CHC di Terminal 3 tersebut lebih rendah US$10/bok ukuran 20 feet dibandingkan dengan biaya CHC yang dikenakan di terminal internasional lainnya di Tanjung Priok seperti di JICT, TPK Koja dan Mustika Alam Lestari (MAL).
Di tiga terminal tersebut biaya THC yang berlaku sama yaitu US$ 95 per kontainer, sementara biaya CHCnya yang sebesar US$ 83 per kontainer.
"Alfi mendesak Menhub Budi Karya segera turun tangan mengatasi kondisi terulangnya kepadatan arus barang yang bisa memicu kongesti di Priok itu,"ujar Adil.