Bisnis.com, TOKYO– Harga konsumen inti Jepang pada Juni mengalami penurunan tahunan terbesar sejak Bank of Japan memulai dorongan stimulus agresifnya di tahun 2013.
Indeks harga konsumen inti, yang mencakup produk minyak namun tidak termasuk harga makanan segar, turun 0,5% atau lebih rendah dari prediksi rata-rata Ekonom dengan penurunan sebesar 0,4%.
Penurunan sebesar 0,5% tersebut adalah yang terbesar sejak Maret 2013, sebulan sebelum BOJ meluncurkan program pelonggaran kuantitatif dan kualitatifnya.
Dalam data terpisah, seperti dikutip Reuters hari ini, belanja rumah tangga pada Juni melemah 2,2%, penurunan bulanan keempat berturut-turut. Hal ini menggarisbawahi sifat rapuh pemulihan ekonomi Jepang.
Tingkat produksi naik 1,9% sementara tingkat pengangguran jatuh ke 3,1% dengan ketersediaan lapangan kerja yang menghampiri level tertinggi dalam hampir 25 tahun dan mencerminkan kekurangan tenaga kerja.
Ekonomi Jepang tumbuh pada laju tercepat dalam satu tahun pada kuartal pertama. Namun menurut para analis, pertumbuhan tersebut tidak akan banyak terbawa pada sisa tahun ini akibat kenaikan upah yang membatasi konsumsi.
Di sisi lain, faktor eksternal seperti lemahnya permintaan emerging market serta menguatnya kinerja mata uang yen Jepang turut mengancam pendapatan eksportir.