Bisnis.com, BATAM—Kementerian Perhubungan akan menerima dua unit kapal pengamat perambuan senilai Rp68,2 miliar pada 17 Agustus 2016, dan bakal ditempatkan di Pangkalan Distrik Navigasi Kelas II Sabang dan Distrik Navigasi Kelas II Jayapura.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub A. Tonny Budiono mengatakan program pengadaan kapal kenavigasian sangat penting guna mendukung terciptanya keselamatan dan keamanan pelayaran. “Oleh karena itu, saya berharap pengoperasian dua unit kapal pengamat perambuan ini nantinya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam mendukung tugas kenavigasian,” katanya saat peluncuran dua kapal pengamat baru di Batam, Sabtu (16/07).
Tonny menjelaskan keberhasilan angkutan laut khususnya dalam menjamin keselamatan pelayaran sehari-hari, tidak terlepas dari kecukupan sarana dan prasarana kenavigasian antara lain seperti tersedianya alur pelayaran yang aman dan efisien. Kemudian, lanjutnya, tersedianya sarana bantu navigasi pelayaran yang cukup dan handal, penyelenggaraan telekomunikasi pelayaran sesuai tuntutan peraturan internasional, dan penyediaan armada kapal negara kenavigasian yang handal. “Idealnya, kapal navigasi kita itu harusnya mencapai 125 armada. Tapi saat ini, kita baru punya 63 armada. Makanya, sampai 2019 nanti, kami akan menambah kapal navigasi sebanyak 50 armada,” ujarnya.
Seperti diketahui, Kemenhub telah memesan 20 unit kapal kenavigasian baru sejak 2015, dimana lima unit diantaranya merupakan kapal pengamat perambuan. Rencananya, 20 unit pesanan tersebut akan selesai seluruhnya pada 2017 mendatang. Sementara itu, General Manager PT Citra Shipyard Edi Abi menyebutkan spesifikasi kedua kapal pengamat tersebut a.l. memiliki panjang 32,4 meter, lebar 6,2 meter, tinggi 3,2 meter dan tenaga mesin penggerak 2x1100 horsepower (HP).
“Kami menjamin bahwa dua kapal pengamat perambuan yang dibuat Citra Shipyard ini tidak kalah dengan perusahaan galangan kapal asing, baik dari segi waktu, kualitas produk dan performa kapal,” tegasnya. Abi menambahkan dirinya juga mengapresiasi para karyawan Citra Shipyard dan Kemenhub yang telah bekerja keras dalam menyelesaikan kapal tersebut, sehingga waktu penyelesaian kapal lebih cepat 120 hari dari target yang ditetapkan. Industri galangan kapal lesu Sejalan dengan itu, dia juga meminta kepada pemerintah untuk tidak ragu menggunakan jasa galangan kapal dalam negeri, terutama yang berlokasi di Batam.
Menurutnya, kondisi bisnis industri galangan kapal di Batam saat ini tengah lesu. “Sebenarnya bukan di Batam saja, tetapi juga secara global. Hanya saja imbas di Batam ini cukup besar karena dari sekitar 200 shipyard di Indonesia, lebih dari 100 shipyard itu ada di Batam,” tuturnya. Abi mengungkapkan minimnya pekerjaan membuat para pelaku usaha galangan kapal di Batam terpaksa merumahkan para pekerjanya. Dia mengaku pekerja Citra Shipyard saat ini tidak lebih dari 500 orang, menyusut jauh dari sebelumnya 8.000 pekerja pada 2013.