Nigel Farage mengundurkan diri dari pucuk pimpinan Partai Kemerdekaan. Dia menyatakan kemenangan referendum yang memutukan keluarnya Inggris dari Uni Eropa merupakan puncak karir tertingginya.
Farage, 52 tahun, mengikuti jejak Perdana Menteri David Cameron sebagai pimpinan partai kedua yang mundur dari jabatannya setelah referendum memutuskan Inggris keluar dari Uni Eropa setelah empat dekade.
Pada pekan lalu, Boris Johnson, mantan walikota London ikut berkampanye agar Inggris keluar dari Uni Eropa, mengatakan belum berminat untuk mengikuti kontes Partai Konservatif dan menggantikan Cameron.
"Saya merasa telah melakukan pekerjaan saya dan saya tidak mungkin mencapai lebih dari itu. Selama kampanye, saya mengatakan ingin negara saya kembali. Sekarang saya ingin hidup saya kembali dan mulai dari sekarang," kata Farage kepada wartawan di London, Senin (4/7/2016) waktu setempat. Hasil referendum di Inggris itu juga mencerminkan keberhasilan Farage secara personal.
Masyarakat Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa, setelah proses referendum pada 23 Juni menunjukkan kemenangan kubu Vote Leave.
Namun, kemenangan dari pendukung keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) yang mencapai 51,9% ini rupanya menimbulkan dampak ikutan di beberapa negara lain. Beberapa tokoh dan partai seperti di Prancis dan Jerman pun menyuarakan keinginan untuk ikut Inggris keluar dari Uni Eropa.