Menurut Sugi, pada saat kenaikan harga BBM November 2014, semua harga barang dan jasa mengalami kenaikkan. Sayanganya ketika BBM kembali diturunkan sampai 40%, harga barang, harga suku cadang tidak mengalamo penurunan.
“Menurut hasil evaluasi saya, harga suku cadang tidak mengalami penurunan. Harga barang ritel, sampai harga bahan pokok makanan dan minuman juga tidak menurun, karena sejak awal sudah di setting dengan harga BBM Rp7.500,” ujar Sugi.
Meskipun begitu, Sugi tak menampik akan kenaikan tarif transportasi seiring dengan kebijakan pemangkasan subsidi solar.
Menurut Sugi, Aptrindo mendukung keputusan pemerintah mengurangi porsi subsidi solar dengan harapan Kementerian ESDM, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM bersama BPH Migas membuka kompetisi usaha migas agar tidak terjadi monopoli harga.
“Selama ini kenaikkan harga barang yang selalu tinggi adalah ulah kartel, terlalu panjangnya jaringan distribusi, itu juga yang kini tengah diselidiki oleh pemerintah,” tuturnya.
Sugi mengimbau masyarakat untuk turut mengawal perubahan harga BBM ini, agar tidak terjadi lonjakan harga yang terlampau tinggi.
Sementara itu, Wakil Ketua bidang Distribusi dan Logistik Aptrindo, Kyatmaja Lookman menyatakan potensi kenaikan harga barang masih mengintai konsumen dan pelaku usaha jika subsidi solar diturunkan dan harga minyak dinaikkan.
“Harga bisa menjadi naik, otomatis ongkos kirim (logistik) akan menyesuaikan juga,” kata Kyatmaja.
Presiden Direktur PT Lookman Djaja Land ini mengusulkan agar pemerintah menunda kenaikan harga BBM sampai habisnya momen Lebaran 2016 agar tak mengganggu daya beli masyarakat.
“Sebaiknya kenaikan ini menunggu setelah puasa dan Lebaran saja,” terangnya.
Sebelumnya, Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal berkaca dari pola November 2014 saat harga premium bahan bakar minyak naik 31%, inflasi langsung meningkat tajam hingga akhir tahun bahkan melebihi inflasi pada bulan Ramadan dan bulan perayaan Idul Fitri tahun tersebut.
Menurutnya, potensi kenaikan harga solar di semester kedua tahun ini bisa dilakukan pada September atau Oktober sehingga efeknya tidak terlalu tajam pada akhir tahun ketika daya beli masyarakat pada momen Natal dan tahun baru. Peningkatan harga solar juga berpotensi mempengaruhi target tahunan inflasi.