Bisnis.com, JAKARTA - Kenaikan harga pangan menjelang puasa dan hari raya keagamaan di Indonesia merupakan hal teraneh di dunia sebab tidak terjadi di belahan bumi manapun.
"Di negara lain, misalnya, jelang Natal, yang marak adalah pesta diskon atau sales. Di Malaysia, Brunei, yang warganya mayoritas muslim, tidak ada kenaikan harga. Anehnya, terjadi di Indonesia," ujar Direktur Eksekutif Institute for Development Economics and Finance Enny Sri Hartati di Jakarta, Senin (6/6/2016) dalam diskusi bertema "Sengkarut Tata Kelola Pangan".
Eni menjelaskan di negara lain, persaingan begitu ketat sehingga dunia usaha harus melakukan berbagai terobosan untuk merebut persaingan yakni dengan memberikan diskon. "Big sale jelang Natal untuk meningkatkan pangsa pasar melalui momentum tingginya permintaan," tuturnya.
Enu mengakui setiap hari besar keagamaan, dipastikan, bakal terjadi lonjakan demand. "Di Indonesia, unik. Hanya saja, di Indonesia, terasa aneh saat perayaan keagaamaan. "Tingginya permintaannya, sangat besar."
Anehnya, lanjut Enny, gejolak harga pangan menjelang hari besar keagamaan seperti Ramadhan, Idul Fitri atau Natal di Indonesia sepertinya telah menjadi agenda rutin.
"Dulu waktu Orde Baru, dua-tiga hari atau seminggu sebelum (hari raya) ada kenaikan harga. Tapi saat ini, sebulan sebelum Ramadhan harga-harga sudah naik," katanya.
Ia berharap, pemerintah bisa menempatkan masalah pangan sebagai persoalan krusial karena dampaknya yang luas terhadap perekonomian dan dunia bisnis. "Pangan ini persoalan krusial, karena berdampak pada perekonomian dan dunia bisnis," ujarnya.