Bisnis.com, MALANG - Kementerian Pertanian mendorong peternak mengusahakan sapi perah secara kolektif sehingga produksi susu bisa naik secara optimal dan usaha tersebut bisa efisien.
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Mulatno mengatakan saat ini peternak mengusakan peternakan secara sendiri-sendiri dengan kepemilikan sapi yang relatif terbatas, antara 2-3 ekor/peternak, sehingga usaha ternak menjadi kurang efisien.
“Dengan model peternak seperti itu, maka sulit untuk meningkatkan produksi susu karena tidak efisien,” ujarnya di sela-sela peringatan Hari Susu Nusantara di Universitas Brawijaya Malang, Rabu (1/6/2016).
Dengan cara beternak sendiri-sendiri, rerata produksi susu relatif kecil, hanya 10-12 liter/ekor/hari. Mestinya produksi susu sapi bisa mencapai 20 liter/ekor/hari.
Bahkan pengusahaan secara modern, seperti dikelola dengan cara industri, bisa mencapai 31 liter/ ekor/ hari seperti yang dilakukan PT Greenfield Indonesia.
Dengan produktifitas sapi perah yang rendah, kata Mulatno, sulit diharapkan peternakan sapi perah bisa efisien sehingga dapat menyejahterakan peternak.
Karena itulah, pengelolaan peternakan sapi perah dengan cara kolektif bisa menjadi solusi untuk meningkatkan produksi susu. Pengelolaan kolektif itu bisa dilakukan lewat koperasi dan lainnya.
Dia juga mengingatkan agar koperasi yang membawahi peternak sapi perah dikelola secara benar dan transparan sehingga mendapatkan kepercayaan anggota . Dengan begitu, koperasi dapat menyejahterakan anggota.
Juga disebutkan tentang masuknya industri peternakan sapi perah. Dengan begitu, maka perusahaan tersebut mengelola peternakan dengan cara modern dan efisien,
Pada gilirannya, perusahaan-perusahaan tersebut diharapkan membina peternak sapi perah tradisional sehingga dapat meningkatkan produksi. Pembinaan itu bisa menggunakan model plasma-inti atau lainnya.
“Pemerintah memberi insentif bagi investor yang masuk di bisnis peternakan sapi perah,” ujarnya.
Terkait keluhan soal pakan hijauan, menurut dia, peternak bisa bersinergi dengan instansi lain seperti Perhutani dan lainnya. Lahan-lahan sela tanaman inti bisa ditanami tanaman hijauan untuk pakan sapi.
Bisa juga memanfaatkan lahan-lahan tanah negara untuk ditanami rumput dan lainnya sebagai pakan hijauan.
Kementan, tegasnya, telah melobi berbagai instansi terkait upaya pemanfaatan lahan kosong yang bisa ditanami tanaman hijauan untuk pakan hijauan sapi perah dan lainnya.
Dengan produksi yang tinggi, maka usaha peternakan sapi bisa efisien. Terkait soal harga, maka bisa dihitung berapa harga susu yang ideal untuk disetor ke industri pengolah susu. “Ada hitungannya,” ujarnya.
Catatan Bisnis, kebutuhan bahan baku susu segar dalam negeri (SSDN) untuk susu olahan saat ini sekitar 3,8 juta ton (setara susu segar) dengan pasokan bahan baku susu segar dalam negeri 798.000 ton (21 %) dan sisanya sebesar 3 juta ton (79%) masih harus diimpor dalam bentuk skim milk powder, anhydrous milk fat, dan butter milk powder dari berbagai negara seperti Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
”Tapi saat ini angkanya sudah naik. Produksi susu nasional sudah mendekati 1 juta ton dan 51% atau di antaranya dipasok dari Jatim,” ujar Kepala Dinas Peternakan Jatim Maskur.