Bisnis.com, JAKARTA - Menjelang Ramadan tahun ini, pelaku usaha logistik mengimbau pengelola pelabuhan Tanjung Priok dan instansi terkait agar meningkatkan kinerja pelayanan guna menghindari terjadinya kepadatan arus keluar masuk barang yang memicu kongesti melalui Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.
Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) DKI Jakarta, Widijanto mengatakan seperti biasanya arus barang menjelang bulan Ramadhan mengalami peningkatan sekitar 30%-40% dibandingkan dengan bulan biasanya terutama terhadap komoditas sembako dan keperluan rumah tangga menyusul naiknya permintaan domestik.
"Setiap tahun trennya selalu ada kenaikan 30%-40% setiap menjelang Ramadan terhadap volume barang yang di bongkar muat melalui Pelabuhan Priok," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (24/5/2016).
Widijanto mengharapkan pengelola pelabuhan Priok maupun instansi terkait dapat mengantisipasi potensi kenaikan arus barang tersebut sehingga tetap menjamin pelayanan jasa kepelabuhanan tetap lancar.
ALFI, kata dia, mengapresiasi langkah dan dan komitmen Pelindo II dalam mendorong kelancaran arus barang ekspor impor dengan memberlakukan tarif progresif penumpukan impor sebesar 300% pada hari ke dua serta menerapkan Permenhub No. 117/2015 tentang batas waktu penumpukan peti kemas di Priok.
"Kebijakan itu dirasakan efektif dalam menekan kepadatan arus barang di kawasan lini satu pelabuhan karena barang impor tidak boleh berlama-lama di lini satu pelabuhan, apalagi, dalam kondisi menjelang Ramadhan seperti saat ini," tuturnya.
Widijanto mengatakan saat ini persoalan di Pelabuhan Priok yakni menyangkut akses atau jalur distribusi yang masih semerawut dan mengecil karena jalan tol langsung Priok yang direncanakan terkoneksi dengan jalan tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) belum rampung.
Pasalnya, kata dia, masalah kemacetan di akses luar pelabuhan itu seringkali berdampak hingga ke dalam areal pelabuhan bahkan ke lini satu terminal petikemas Pelabuhan Tanjung Priok.
Dia mengatakan, akibat kemacetan di luar pelabuhan Priok itu, delivery barang impor yang sudah mengantongi surat perintah pengeluaran barang atau dokumen SPPB dari Bea dan Cukai terlambat tiba di Pabrik maupun gudang importir.
Kemacetan lalu lintas juga dapat menghambat proses relokasi barang impor ke tempat penimbunan sementara di luar pelabuhan dari terminal peti kemas.
"Karenanya pelaku usaha mengharapkan antisipasi kelancaran arus barang di Priok tidak hanya fokus pada kawasan pabean pelabuhan saja tetapi juga melibatkan instansi lain seperti unsur kepolisian dalam mengurai kemacetan akses jalan diluar pelabuhan," paparnya.
Widijanto juga mengusulkan supaya Pelindo II/IPC segera memfungsikan pengoperasian terminal 2 eks Jakarta International Container Terminal (JICT) di pelabuhan Tanjung Priok untuk menambah kapasitas layanan sandar kapal dan bongkar muat barang di pelabuhan tersebut. "Saat ini terminal 2 eks JICT itu idle, seharusnya bisa difungsikan segera," paparnya.
Kepala Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok, Bay M. Hasani mengatakan dalam waktu dekat instansinya akan mengumpulkan seluruh pemangku kepentingan di Pelabuhan Priok dalam agenda menjaga kelancaran arus barang menjelang Ramadan dan Idulfitri tahun ini.
Sementara itu, terkait dengan optimalisasi pengoperasian fasilitas terminal 2 eks JIC di pelabuhan Priok, Dirut Pelindo II/IPC Elvyn G. Massasya mengatakan pihaknya masih terus dalam proses penyiapan.
"Saat ini fasilitas terminal 2 eks JICT itu dalam proses untuk dioperasikan. Diharapkan dalam sebulan ke depan (usai Lebaran) sudah bisa beroperasi," ujarnya.