Bisnis.com, JAKARTA – Setelah terakselerasi pada kuartal IV/2015 sebesar 5,04% (yoy), laju produk domestik bruto kuartal I/2016 kembali melambat di leval 4,92% (yoy). Walaupun ada beberapa variabel pembentuk PDB yang mengalami perlambatan, ada pula variabel yang mengalami kenaikan, walau tipis.
Berikut ringkasan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2016 yang disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin saat konferensi pers, Rabu (3/5/2016).
Dari sisi produksi:
1. Pertambangan dan penggalian mengalami kontraksi. Hal ini dikarenakan rendahnya harga batu bara di pasar internasional.
2. Pertanian tumbuh melambat. Hal ini karena ada pergeseran musim tanam dan keterlambatan aktivitas kehutanan.
3. Konstruksi tumbuh tinggi, sejalan dengan meningkatnya realisasi proyek infrastruktur pemerintah di awal tahun.
4. Perdagangan tumbuh melambat, terutama produksi barang domestik dan menurunnya supply barang impor.
5. Jasa perantara keuangan tumbuh tinggi. Adanya perluasan margin pendapatan bunga perbankan.
6. Transportasi tumbuh pesat. Adanya penambahan armada dan rute perjalanan angkutan udara dan angkutan rel.
Dari sisi pengeluaran:
1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga melambat. Perlambatan terjadi di seluruh kelompok kecuali kelompok transportasi dan komunikasi dan kelompok restoran dan hotel. Di sisi lain, dana bansos pemerintah mengalami penurunan.
2. Pengeluaran konsumsi LNPRT tumbuh. Kegiatan berskala nasional seperti mukernas, rakernas, serta kongres berbagai parpol dan ormas.
3. Pengeluaran konsumsi pemerintah meningkat. Tingginya kenaikan belanja barang yang tumbuh lebih dari 45% dikoreksi oleh penurunan realisasi belanja bansos.
4. PMTB tumbuh signifikan utamanya didorong oleh tingginya realisasi investasi berupa bangunan dan konstruksi lain, serta pertumbuhan barang modal jenis peralatan lainnya yang juga tinggi.
5. Eksport terkontraksi. Hal ini dipicu oleh kontraksi ekspor barang non-migas, akibatnya melambatnya perekonomian negara tujuan ekspor serta penurunan harga komoditas ekspor Indonesia di pasar internasional.
6. Impor terkontraksi seiring dengan permintaan domestik yang masih lemah dan depresiasi rupiah.