Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Diversifikasi Pangan di Kaltim Masih Belum Beragam

Diversifikasi dan konsumsi pangan penduduk di Kaltim masih belum beragam dan seimbang. Sebagian besar konsumsi pangan penduduk di kaltim masih bersandar pada konsumsi padi-padian terutama beras dan gandum.
Pasar Tradisional. /Bisnis.com
Pasar Tradisional. /Bisnis.com

Bisnis.com, SAMARINDA – Diversifikasi dan konsumsi pangan penduduk di Kaltim masih belum beragam dan seimbang. Sebagian besar konsumsi pangan penduduk di kaltim masih bersandar pada konsumsi padi-padian terutama beras dan gandum. Hanya sebagian kecil umbi-umbian baru dikonsumsi penduduk Kaltim mencapai 0,6% dibandingkan angka ideal 25%.

Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kaltim Fuad Asaddin mengatakan penduduk umumnya masih sangat sedikit mengkonsumsi umbi-umbian seperti singkong, talas, ubi rambat, sukun dan pisang. Rendahnya konsumsi pangan tersebut disebabkan belum berkembangnya diversifikasi pangan di Kaltim

“Pada buah biji berminyak di Kaltim hanya mengkonsumsi sebesar 0,3% yang semestinya 1,0%. Diversifikasi pangan buah-buahan dan sayur di Kaltim juga hanya 20,4% semestinya 30,0%. Dari gambaran ini, penduduk Kaltim sudah seharusnya perbanyak mengkonsumsi pati-patian yang lain relatif melimpah di Kaltim,” kata Fuad pada acara Sosialisasi Sumber Pangan Alternatif di Hotel Selyca Samarinda, Rabu (20/4/2016).

Sosialisasi Sumber Pangan Alternatif menghadirkan narasumber Ahmad Subagio penemu mokaf, Hardiansyah (Ketua Umum Ahli Pangan dan Gizi) dan Elan Masbulan. Hadir pula Ketua DPRD Kaltim H Syahrun.

Lebih lanjut, Fuad mengatakan sebagai pati-patian yang melimpah di Kaltim seperti produksi singkong gajah telah surplus beberapa tahun lalu. Selain itu, ada pula murahnya harga pisang kapok tumbuh di wilayah pesisir di Kaltim.

“Diversifikasi pangan di Kaltim sangat penting untuk menghadapi harga pangan terus meningkat di Kaltim yang merupakan salah satu penyumbang inflasi tertinggi. Kurang lebh rata-rata 48% pengeluaran penduduk di Kaltim digunakan untuk pangan,” kata Fuad.

Menurut Fuad, bila lebih tinggi inflasi dibandingkan tingkat pertumbuhan ekonom di Kaltim, akibatnya pertumbuhan ekonomi belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan penduduk. Apalagi, jumlah penduduk rawan pangan di Kaltim masih tinggi.

“Peningkatan produksi pangan di Kaltim masih mengalami masalah karena memang terbatasnya ketersediaan pangan berbasis lokal dan masih rendahnya produksi dan produktivitas tanaman pangan di Kaltim.

Selain itu, tingkat kesejahteraan petani juga masih rendah dan belum berkembangnya pemahaman good agriculture product sehingga produksi cenderung masih mengabaikan keamanan pangan,” jelas Fuad.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhamad Yamin
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper