Bisnis.com, JAKARTA - Fenomena El Nino yang terjadi sejak pertengahan tahun lalu mulai memperlihatkan dampaknya pada produksi komoditas kelapa sawit. Pada kuartal pertama tahun ini, produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit diproyeksikan turun 10% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Kendati demikian, PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) memprediksi produksi pada kuartal pertama tahun ini hanya turun 1%, ditopang oleh produksi sekitar 1 juta hektare tanaman sawit muda yang tahun ini mulai menghasilkan.
"Produksi hingga April ini cukup berat, tapi di Mei dan seterusnya di semester II akan pulih sehingga secara keseluruhan produksi di 2016 akan turun namun tidak jauh dari produksi tahun lalu,"kata Hasril dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (19/4/2016).
Dia mencatat sebelum terjadi El Nino di semester dua tahun lalu, pada semester I/2015 pun kinerja produksi kelapa sawit sempat terganggu oleh anomali iklim CENS (Cross Equatorial Nothernly Surge). Hal ini diperparah dengan kebakaran hutan dan lahan hampir di seluruh sentra produksi kelapa sawit.
RPN mencatat pada tahun 2015, produksi palm product Indonesia mencapai 37 juta ton,terdiri atas 33,4 juta ton crude palm oil (CPO) dan 3,6 juta ton palm kernel oil (PKO). Produksi tersebut diperoleh dari luas perkebunan kelapa sawit yang pada tahun 2015 mencapai 11,3 juta hektare.
Adapun, produktivitas perkebunan kelapa sawit Indonesia terbilang renah, dengan hasil hanya sekitar 3,3 ton CPO per hektare untuk kebun rakyat, dan rata-rata 5-7 ton CPO per hektare pada kebun-kebun milik perusahaan. Oleh karena itu, Hasril mengatakan untuk dapat mengerek produksi, peluang intensifikasi masih sangat besar.