Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dana Pengusaha di Luar Negeri: Sebelum Heboh Panama Papers, Presiden Sudah Punya Data

Sebelum beredar dokumen Panama Papers dirinya sudah punya data siapa-siapa yang memiliki dan menyimpan dana di luar negeri.
Firma Mossack Fonseca/Reuters-Carlos Jasso
Firma Mossack Fonseca/Reuters-Carlos Jasso

Kabar24.com, JAKARTA - Heboh Panama Papers nampaknya bukan sesuatu yang mengejutkan bagi Presiden Joko Widodo alias Jokowi.

Presiden Jokowi menyatakan sebelum beredar dokumen Panama Paper dirinya sudah punya data siapa-siapa yang memiliki dan menyimpan dana di luar negeri.

"Sebelum Panama Papers saya sudah punya satu bendel nama-nama yang nyimpen di Swiss, nyimpen di Singapura, saya tahu," kata Presiden Jokowi di hadapan gubernur seluruh Indonesia dan kepala daerah hasil Pilkada Serentak 2015 di Istana Negara Jakarta, Jumat (8/4/2016).

Presiden menyebutkan beredarnya dokumen Panama Papers menunjukkan sudah semakin terbukanya dunia saat ini.

"Nanti akan dibuka total, inilah dunia keterbukaan yang mau tidak mau harus kita hadapi. Kita harus mempersiapkan dan memperbaiki diri," kata Jokowi.

Ia menyebutkan sebagai bangsa besar, Indonesia harus sadar sudah masuk integrasi antarwilayah yang jika satu negara guncang maka Indonesia akan terkena imbasnya.

"Kalau mereka masuk angin, maka kita akan kena imbasnya," katanya.

Jokowi menyebutkan Indonesia sudah masuk ke Masyarakat Ekonomi Asean dan sebentar lagi tidak bisa menolak adanya skema serupa di kalangan Uni Eropa, Amerika Serikat, China dan lainnya.

"Mau tidak mau kita harus siap, kalau tidak gabung produk kita kena pajak 15-20%," katanya.

Presiden menyebutkan sebentar lagi juga ada keterbukaan di sektor perbankan.

"Simpanan siapa pun yang ada di bank akan dibuka semua, meskipun ini keduluan Panama Papers," kata Jokowi.

Sebelumnya, beredar hasil laporan investigasi atas firma hukum asal Panama, Mossack Fonseca. 

Laporan itu menyebutkan tentang dokumen berisi data perusahaan bayangan di yurisdiksi bebas pajak (offshore) yang dimanfaatkan untuk menghindari pajak.

Isi dokumen itu mengungkapkan jejaring korupsi dan kejahatan pajak para kepala negara, agen rahasia, pesohor, sampai buronan disembunyikan di negara bebas pajak.

Terdapat ribuan nama perseorangan dan perusahaan di Indonesia yang terindikasi di dalam dokumen tersebut.

Pada Selasa (5/4/2016), Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro memastikan data yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk menilai aset para wajib pajak di luar negeri bukan berasal dari laporan dokumen Panama.

"Saya tekankan bahwa data sementara yang kita miliki itu tidak berasal dari sana," kata Bambang saat ditemui di Kantor Pusat DJP Jakarta, Selasa.

Bambang menjelaskan data milik DJP berasal dari data resmi otoritas pajak dari negara-negara G20, namun tidak menutup kemungkinan pemerintah menggunakan informasi dari dokumen Panama sebagai data pembanding.

"Tentunya data ini akan kita kaji, kita akan melihat apakah valid, kemudian kita juga cek konsistensinya dengan data yang kita miliki," ujarnya.

Bambang mengatakan pemerintah akan menelusuri kepemilikan aset para wajib pajak di luar negeri yang selama ini belum dilaporkan secara resmi, untuk mencari potensi penerimaan pajak dan sebagai bagian dari persiapan kebijakan pengampunan pajak.

"Kita ingin menelusuri aset milik orang Indonesia, apakah itu dalam bentuk uang, apakah dalam bentuk aset tetap yang belum pernah dilaporkan dalam SPT. Itu inti yang menjadi fokus dari DJP tahun ini," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper