Bisnis.com, Jakarta- Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede memperkirakan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) belum akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi kuartal pertama, mengiungat daya beli masyarakat yang masih lemah.
Dia memprediksi PDB kuartal I/2016 berada di level 4,9%-5%.
Konsumsi masyarakat akan tumbuh pada semester kedua tahun ini karena semakin terkendalinya inflasi, dampak penurunan harga BBM yang sudah menggeliat, dan permintaan kredit seiring efek dari transmisi suku bunga acuan.
"Kita harapkan harga BBM yang ditentukan pemerintah semestinya sesuai dengan harga keekonomian, jadi saat ini belum mendorong daya beli masyarakat," katanya.
Sebelumnya, Sandiaga Uno, Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), mengatakan belum ada harga komoditas pangan yang mengalami penurunan setelah harga BBM juga turun, termasuk di Indonesia bagian timur. Menurutnya, efek dari penurunan harga BBM akan terjadi pada tiga sampai 6 bulan ke depan, tapi tidak signifikan.
Disparitas harga pangan di Indonesia bagian Timur bisa naik mencapai 50%-250% dibandingkan wilayah lain. Dia mengklaim tol laut yang dicanangkan pemerintah tidak berpengaruh sama sekali terhadap harga pangan di timur Indonesia. Dia berpendapat operasi pasar dan penggunaan teknologi dapat efektif memantau harga pangan.
"Harus ada perubahan ekosistem dari rantai distribusi yang terlalu panjang. Kedua, pengunaan teknologi ampuh untuk memangkas rantai distribusi," ucapnya.