Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan perkebunan milik Grup Bakrie, PT Bakrie Sumatera Plantations, mencatatkan pendapatan nilai penjualan sebesar Rp2 triliun dari dua komoditas utama yang diproduksi perusahaan itu yaitu kelapa sawit dan karet.
Secara rinci, pendapatan yang diperoleh dari masing-masing komoditas itu yaitu kelapa sawit sebesar Rp1,5 triliun dan karet sebesar Rp0,5 triliun. Perseroan membukukan volume produksi yang memuaskan di tengah perlemahan harga komoditas global.
Direktur Investor Relations Bakrie Sumatera Plantations, Andi W Setianto menyampaikan volume produksi terbilang stabil karena perseroan melakukan serangkaian program revitalisasi perkebunan sehingga produktivitas kebun terjaga.
“Perseroan mengikuti protokol RSPO [Roundtable on Sustainable Palm Oil] and ISPO [Indonesian Sustainable Palm Oil] yang menjunjung tinggi prinsip ramah lingkungan dan keberlanjutan. Kami mempunyai kebijakan zero-burning dalam land clearing sehingga tidak ada kebakaran lahan yang berasal dari kebun Bakrie,” ungkap Andi melalui keterangan tertulis, Selasa (29/3/2016).
Andi mencatat tahun lalu perusahaan berkode saham itu menghadapi sejumlah tantangan seperti perlemahan harga komoditas global, diskon harga domestik CPO akibat kebijakan pungutan CPO Fund USS50 per ton untuk mendukung program biodiesel, dan el nino yang menyebabkan kekeringan.
Andi mencatat pada 2014 lalu, nilai penjualan perusahaan tumbuh 27% dari tahun sebelumnya. Dia menerangkan harga CPO pada 2015 lalu sempat menyentuh level kian rendah yaitu USS480 per ton setelah pada 2014 mencapai titik rendah USS620 per ton.
Kendati demikian, Andi mengatakan el nino yang terjadi tahun lalu dan dilaksanakannya program penyerapan untuk biodiesel menyebabkan penurunan pasokan sawit dunia untuk tahun ini. Hal itu berdampak pada perbaikan harga CPO yang mulai terlihat pada kuartal I/2016.
Sementara itu, perseroan telah menciptakan inovasi melalui kerjasama Bakrie Oil Palm Seed dan PT ASD untuk mengembangkan bibit unggul yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit.
Dengan bibit unggul tersebut, potensi produktivitas meningkat menjadi 80 juta ton CPO per tahun dari rata-rata produktivitas saat ini yaitu 30 juta ton CPO per tahun. Proyeksi ini menggunakan perhitungan lahan sawit Tanah Air seluas 10 juta hektare.
Dengan bibit unggul, luas lahan kebun tidak perlu bertambah menghasilkan produksi CPO berlipat ganda meningkatkan lagi produksi biodiesel untuk ketahanan energi nasional.
Perseroan melihat bibit unggul dan pendampingan petani pemilik lahan pertanaman sawit nasional kurang lebih 4 juta hektare adalah kunci produktivitas berkelanjutan sawit sebagai komoditas strategis nasional.
Direktur Utama Bakrie Sumatera Plantations, M Iqbal Zainuddin menyampaikan perusahaannya akan terus mencari strategi meningkatkan produktivitas kebun dan pabrik.
“Kami akan lanjutkan dengan langkah konkrit peningkatan produktivitas aset lainnya dan perbaikan struktur permodalan,” kata Iqbal.