Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Prediksi Inflasi Maret Sebesar 0,28%

Bank Indonesia melaporkan perkiraan inflasi pada Maret 2016 akan terkerek hingga 4,53% secara year-on-year akibat kenaikan sejumlah komoditas pangan seperti cabai merah, cabai rawit, dan bawang. Sementara, inflasi bulan ini diprediksi 0,28% secara month-to-month.
Kebutuhan pokok menjadi kontributor utama inflasi./Ilustrasi-Bisnis
Kebutuhan pokok menjadi kontributor utama inflasi./Ilustrasi-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA—Bank Indonesia melaporkan perkiraan inflasi pada Maret 2016 akan terkerek hingga 4,53% secara year-on-year akibat kenaikan sejumlah komoditas pangan seperti cabai merah, cabai rawit, dan bawang. Sementara, inflasi bulan ini diprediksi 0,28% secara month-to-month.

Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo mengatakan situasi itu harus diwaspadai karena inflasi yang tidak terkendali dapat menciptakan iklim yang tak kompetitif dan tingkat bunga tidak bisa diturunkan. Peforma laju inflasi harus berhasil dikontrol pada level 4%.

"Ini kenaikan menjadi 4,53% di Maret ini penyebabnya antara lain harga bawang, cabai merah, dan cabai rawit. Hanya komoditas sederhana tapi bisa menekan inflasi dan dampaknya ke ekonomi kita besar," katanya di Jakarta, Rabu (23/3/2016).

Dia menuturkan pengendalian inflasi yang rendah dan stabil akan mendorong kemajuan ekonomi. Sebelumnya, pemerintah mampu menurunkan laju inflasi dari yang sebelumnya di kisaran 8,5% (yoy) menjadi 3,35% pada 2015 karena didukung neraca perdagangan dan transaksi berjalan yang baik.

Penyesuaian harga minyak yang bakal diumumkan pada April 2016 diyakini dapat membuat inflasi terkendali. Kontribusi komoditas yang harganya diatur pemerintah memang mampu menahan laju inflasi, namun inflasi terus tertekan oleh harga pangan.

Agus berharap Indonesia dapat mengikuti jejak negara Asean lainnya yang berhasil mengontrol inflasi di bawah 4% selama 10 tahun terakhir.

"Kita sambut baik kalau ada penyesuaian harga minyak dan listrik ke bawah. Tapi yang mesti dikendalikan adalah volatile food," ucapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper