Bisnis.com, JAKARTA - Guna membuka lebih banyak alokasi ketersediaan waktu terbang atau slot time di Bandara Soekarno Hatta Cengkareng, PT Angkasa Pura II menggelontorkan dana Rp625 miliar untuk pembangunan rapid exit taxiway.
Sekretaris Perusahaan Angkasa Pura II Agus Haryadi mengatakan pembangunan rapid exit taxiway (RET) merupakan bagian dari paket pekerjaan peningkatan kapasitas sisi udara yang dilaksanakan oleh PT Hutama Karya (Persero).
“Saat ini progresnya sudah mencapai 36,86%. Rencananya, RET tersebut dibangun di sisi utara Soekarno Hatta, dan rampung pada 2017. Nilai investasi yang dikucurkan sendiri sekitar Rp625 miliar,” katanya di Jakarta, Minggu (13/3/2016).
Rapid exit taxiway merupakan jalan penghubung antara landasan pacu dan hangar, terminal, apron dan fasilitas lainnya, yang didesain khusus agar pesawat dapat segera meninggalkan landasan pacu ketika mendarat maupun lepas landas.
Dengan demikian, pesawat lainnya juga dapat lebih cepat menggunakan landasan pacu, baik mendarat maupun lepas landas. Biasanya, RET dibangun di bandara yang intensitas penerbangannya cukup tinggi.
Agus menjelaskan pembangunan RET sebenarnya merupakan bagian dari rencana perseroan untuk meningkatkan pergerakan pesawat di Soekarno Hatta dari 72 pergerakan per jam menjadi 86 pergerakan per jam.
Rencana tersebut tertuang dalam program Improved Runway Capacity (IRC) 86, atau program yang dibentuk oleh Angkasa Pura II, AirNav Indonesia dan perusahaan penyedia jasa navigasi dari Inggris, National Air Traffic Services (NATS).
“IRC 86 itu a.l. seperti perbaikan SOP, peningkatan kompetensi SDM, peningkatan navigasi, dan penambahan infrastruktur di sisi udara. Nah yang terakhir itu, ada di wilayah Angkasa Pura II, dan ini sudah dimulai,” tuturnya.
Meski begitu, Agus mengungkapkan proses pengerjaan sisi udara tidak mudah. Pasalnya, pembangunan tersebut berisiko mengganggu pergerakan pesawat. Dengan demikian, waktu yang tersedia untuk pembangunan sangat terbatas.
Selain itu, lanjutnya, Angkasa Pura II juga berencana meningkatkan fasilitas sisi udara lainnya a.l. seperti parkir pesawat (apron) di Terminal 3 Ultimate, apron kargo tahap 1, east cross taxiway (ECT) tahap 1 dan landasan pacu (runway) ke-3.
Terkait pembangunan ECT, Angkasa Pura II mengungkapkan pengerjaan proyek tersebut masih dalam proses lelang. Nantinya, panjang ECT tersebut mencapai 2x2.600 dan mulai digunakan pada 2018 mendatang.
Sebelumnya, Indonesia National Carriers Association menilai peningkatan kapasitas slot time di Soekarno Hatta belum terlihat sejak awal tahun ini, sehingga berpeluang menghambat langkah maskapai dalam mengembangkan konektivitasnya.
Ketua Penerbangan Berjadwal Indonesia National Carriers Association (INACA) Bayu Sutanto mengatakan kapasitas Bandara Soekarno Hatta saat ini masih padat. Menurutnya, kondisi bandara masih sama seperti tahun lalu.
“Ya sesuai dengan kapasitas slot yang di-publish di CGK [Bandara Soekarno Hatta] saat ini. Artinya tidak bisa menambah rute-rute baru dari dan ke CGK atau menambah frekuensi yang sudah ada,” ujarnya.
Bayu mengungkapkan sebagian besar maskapai justru malah menambah rute-rute baru di luar Soekarno Hatta. Misalnya, PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) yang berencana membuka rute-rute baru dari dan ke Bandara Pondok Cabe Tangerang Selatan.
Dia juga pesimistis beroperasinya Terminal 3 Ultimate mampu meningkatkan kapasitas slot time di Soekarno Hatta. Menurutnya, slot time juga dipengaruhi hal lainnya seperti runway, taxiway, parkir pesawat, aerodrome dan lain sebagainya.