Bisnis.com, JAKARTA - Guna menurunkan biaya logistik pada 2016, pengusaha truk disarankan untuk mengirimkan barang menggunakan jalur laut memakai kapal Roll On-Roll Of.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Mahendra Rianto mengatakan, sekitar 91% pengiriman barang antar pulau dilakukan melalui jalur darat. Hal itu menyebabkan tingginya biaya logistik di Indonesia. Mahendra pun menyarankan agar pemerintah mengarahkan truk angkutan barang mulai mengalihkan barangnya melalui jalur laut.
"Karena ini terlalu dominan di darat, maka harus mulai beralih ke angkutan laut menggunakan kapal Ro-Ro (roll on-roll of)," jelas Mahendra, Rabu (2/3/2016).
Mahendra mengatakan usulan menggunakan kapal Ro-Ro tak berarti pengantaran barang dengan truk dihapuskan. Untuk merealisasikan hal tersebut, ALI berencana melakukan sosialisasi atau focus group discussion (FGD) bersama para pelaku usaha truk.
Sebelumnya sudah pernah beroperasi kapal Ro-Ro mengangkut truk dari Pelabuhan Panjang, Bengkulu ke Surabaya namun sekarang non aktif karena kurang insentif, jelas Mahendra.
Dia pun mengusulkan, jika pemerintah bersungguh-sungguh ingin menurunkan biaya logistik dengan memanfaatkan sektor maritim, maka pemerintah perlu memberikan insentif. Menurutnya, dengan pemberian insentif kepada pemain angkutan truk yang menjadi pelopor memakai kapal Ro-Ro maka pengusaha lain akan bergairah mengikuti langkah serupa.
Insentifnya bisa dengan kreditnya, kalau mengadakan kapal Ro-Ro harus murah kreditnya. Kedua, BBM harus disubsidi, jadi jangan memakai yang BBM untuk industri tetapi pakai yang sama dengan truk, berikutnya regulasi yang mendukung bahwa operasinya harus di Pelabuhan Kapal Ro-Ro bukan di pelabuhan penumpang, terang Mahendra.
Dia optimistis insentif tersebut bisa membawa keuntungan bagi pengusaha angkutan darat, sehingga pengusaha lain akan ikut serta. Mahendra menyarankan, perusahaan yang berpeluang menjadi pionir adalah jajaran badan usaha milik negara (BUMN). BUMN harus mengutamakan public service bukan semata mengejar profit.
Efisiensi dilihat dari supply chain, kalau jarak tempuh sekarang 3 hari maka saya harus ada inventory di Surabaya, tetapi kalau lewat laut lebih cepat sehingga inventory dari 3 hari bisa menjadi 2 hari saja. Nah, efisiensi itu harus diserahkan kepada Kapal Ro-Ro, katanya.
Mahendra menilai sejumlah rumusan tersebut memberikan pilihan kepada pengusaha truk untuk tetap melakukan usahanya. Dia menjamin langkah tersebut secara konstan akan memberikan keuntungan bagi pengusaha karena volume untuk pengangkutan barang tetap ada.
Kalau dia menolak, volume berkurang, mau menjalannya bisnisnya bagaimana? Karena truk itu ada biayanya, masih harus bayar cicilan, tak bisa banyak menolak. Pemerintah harus melihat peluang itu, dan kita harus melakukan pendekatan ke asosiasi pengusaha truk untuk menyelesaikan masalah ini, jelasnya.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan mengatakan alasan pengusaha truk tak berminat memakai kapal Ro-Ro karena tarifnya terlampau mahal. Gemilang menyebut, selama biaya yang dikucurkan dengan kapal tidak terlalu mahal seharusnya pengusaha truk tidak berkeberatan.
Jangan sampai kita ikut kapal malah semakin mahal, tujuannya menurunkan biaya logistik. Sekarang lewat laut jika lebih murah, kita akan naik. Tetapi kalau lebih mahal, lebih baik tetap lewat darat, ungkap Gemilang.
Menurutnya, perlu ada kepastian tariff bagi pengusaha truk yang akan masuk ke kapal Ro-Ro. Gemilang menyoroti minimnya volume kapal Ro-Ro untuk angkutan di Bengkulu menuju Surabaya juga disebabkan oleh tingginya tarif yang dikenakan untuk satu truk.
Kalau lewat darat jalan cepat rusak, maka kalau naik angkutan laut jalan tidak rusak. Pemerintah untung, kalau begitu, mengapa pemerintah tidak memberikan subsidi kepada Kapal Ro-Ro jika program ini membantu pemerintah? tandasnya.
Senada dengan Mahendra, Gemilang pun mengusulkan selain kapal Ro-Ro pemerintah juga bisa memanfaatkan trailer, buntut angkutan barang cukup dimasukkan ke dalam truk kapal Ro-Ro, sehingga truk pengusaha juga tetap bisa beroperasi.
"Kepala truk atau kontainer biar kami bisa bawa untuk beroperasi lagi, yang bagian ekornya trailer berisi barang dimasukkan ke kapal sampai ke tujuan, jangan truk yang utuh masuk dalam kapal Ro-Ro, sambungnya.
Gemilang cara ini terbilang adil bagi pengusaha truk maupun pemerintah untuk menurunkan biaya logistik, tanpa mengurangi pendapatan pengusaha truk.