Bisnis.com, JAKARTA – Executive Vice President Head of Feed Division Japfa A. Harwanto mengatakan, untuk menyelesaikan permasalahan rendahnya harga di tingkat pemerintah, jalan satu-satunya adalah dengan mengurangi pasokan yang saat ini tengah surplus.
“Kita sudah melaksanakan afkir dini parent stock, itu sudah dilakukan pada bulan November (2015). Kemudian Desember juga sudah dilakukan. Tetapi pelaksanaan pada Desember itu tidak terlaksana dengan penuh. Itu yang kira-kira menyebabkan ekses pada bulan-bulan ini,” kata Harwanto, Senin (22/2/2016).
Efek harga ayam saat ini, tambahnya, diakibatkan karena proses pemeliharaan antara satu bulan hingga 35 hari hingga masa panen. Kelebihan pasokan pada bulan tersebut mengakibatkan harga jatuh dan berimbas kepada kerugian yang cukup besar di tingkat peternak.
Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Singgih Januratmoko mengatakan, penurunan harga ayam saat ini tidak banyak dipengaruhi oleh harga pakan ternak.
Buktinya, saat ini harga pakan masih mahal, sementara harga ayam di pasaran turun cukup dalam.
“Harga pakan masih mahal. Harga pakan berapapun tidak akan terlalu berefek. Yang berefek adalah supply DOC.”
Sementara itu, berdasarkan pantauan Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, harga ayam di tingkat konsumen secara rata-rata nasional pun mengalami penurunan lebih dari 10%.
Harga daging ayam ras pada Senin (22/2) mencapai Rp31.009/kg turun dari posisi bulan lalu (23/1) sebesar Rp33.719/kg.