Bisnis.com, BANDUNG - Kementerian Pariwisata memacu sertifikasi profesi di sektor pariwisata yang tahun ini ditargetkan sebanyak 35.000 orang.
Asisten Deputi Pengembangan SDM Kemenpar Wisnu Bawa Tarunajaya mengungkapkan pada 2015 telah lulus uji kompetensi 17.500 orang dan total sampai dengan 2014 sebanyak 121.000 orang.
"Kami menargetkan bisa mencapai 100% sertifikasi profesi pada 2019, terutama untuk SDM perhotelan dan restoran yang telah disepakati untuk free flow," ujarnya, Senin (15/2/2016).
Wisnu menjelaskan berdasarkan data resmi yang dimiliki Kemenpar total SDM pariwisata di perhotelan sebanyak 320.000. Akan tetapi, jumlahnya di lapangan dipastikan lebih besar.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong industri pariwisata untuk menyelenggarakan uji kompetensi secara mandiri melalui lembaga sertifikasi profesi pihak ketiga.
"Diharapkan jumlahnya semakin banyak karena sudah ada peraturan tentang kewajiban industri terutama perhotelan, wajib memiliki tenaga kerja bersertifikasi minimalnya 50%."
Pihaknya mengaku memiliki keterbatasan anggara sehingga fasilitas pelatihan diprioritaskan untuk mencetak tenaga asesor dari beberapa hotel dengan didanai oleh Kemenpar.
Nantinya, para asesor tersebut bisa melakukan pengujian di lingkungan perusahaannya, dengan biaya yang lebih murah.
"Selama ini, kalangan perhotelan mengeluhkan biaya sertifikasi yang mahal. Dengan cara mencetak asesor, diharapkan sertifikasi bisa dilakukan secara mandiri dengan biaya lebih murah," ujarnya.
Wisnu meyakini strategi tersebut juga akan mempercepat proses sertifikasi profesi sektor perhotelan dan restoran sebagai populasi terbesar SDM kepariwisataan.
Tahun ini, Kemenpar juga berencana menyasar perguruan tinggi negeri maupun swasta untuk difasilitasi pemenuhan tenaga aksesornya.
"Perguruan tinggi harus mencetak SDM siap pakai. Saya optimistis strategi ini akan efektif meningkatkan jumlah SDM pariwisata yang keahliannya diakui oleh industri," tegasnya.
Saat ini, terdapat sekitar 107 perguruan tinggi swasta di bidang pariwisata yang sudah terakreditasi, dengan kurikulum berbasis kompetensi yang akan menghasilkan lulusan berkualitas.
Wisnu menambahkan Kemenpar juga akan mendirikan lembaga sertifikasi untuk menjaga kualitas dan standar kompetensi SDM pariwisata memenuhi kualifikasi di pasar tenegar kerja di Asean.
"Sepuluh negara Asean sudah menandatangani kerja sama untuk terlibat dalam sistem yang sudah bersertifikat. Jadi, kurikulum juga harus berbasis standar komptensi di Asean," tuturnya.
Pada kesempatan itu, Kemenpar melakukan penerimaan mahasiswa bersama untuk empat perguruan tinggi yaitu Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua Bali, Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Makassar dan Akademi Pariwisata (Akpar) Medan.
Program tersebut dinamai Seleksi Bersama Masuk Sekolah Tinggi, Akademi dan Politeknik Pariwisata (SBM STAPP).
Ketua Pelaksana SBM STAPP Anang Sutono mengatakan sistem seleksi ini merupakan salah satu upaya membangun daya saing SDM pariwisata di tingkat global.
"Oleh karena itu Kemenpar mengintegrasikan agar standar kebutuhan global terpenuhi dan dimulai dari standar seleksi masuk sebelum proses pendidikan," ujar Anang yang juga Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB).
Saat ini, pemerintah gencar mengembangkan destinasi pariwisata agar ekonomi bangkit. Menurutnya, hal ini menuntut SDM pariwisata memiliki standar yang baik.
Selain itu, target 20 juta wisatawan asing dan 270 juta pelancong lokal menjadi tantangan tersendiri bahwa SDM pariwisata sudah seharusnya memiliki kompetensi standar internasional.
"Kami confident karena keempat perguruan tinggi di lingkungan Kemenpar ini lahir dari suatu keadaan yang betul-betul mempertahankan budaya mutu sebagai kekuatannya," ujarnya.
Anang mengungkapkan keempat perguruan tinggi tersebut setidaknya menghasilkan 1.700 lulusan setiap tahunnya, dan langsung terserap industri.
Berdasarkan data dari International Tourism and Hospitality Grand Recruitment, kebutuhan SDM pariwisata masih besar dibandingkan dengan pasokannya.
"Job oportunity tahun lalu 12.115 posisi di semua level. Adapun yang daftar kurang dari 4.000 orang. Ada gap yang luar biasa," jelasnya.