Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bandung, Masih Jadi Primadona Wisata Belanja

Bila hendak mencari pakaian bermerek dengan harga murah, datanglah ke Pasar Cimol Gedebage, Bandung. Pasar ini tidak hanya dikenal oleh mahasiswa di Bandung yang koceknya terbatas.
Wisata belanja.
Wisata belanja.

Bisnis.com, BANDUNG - Bila hendak mencari pakaian bermerek dengan harga murah, datanglah ke Pasar Cimol Gedebage, Bandung. Pasar ini tidak hanya dikenal oleh mahasiswa di Bandung yang koceknya terbatas.

Banyak warga Jakarta dan kota-kota lain yang juga mendatangi pasar tersebut untuk berburu pakaian dan aksesorisnya. Intinya, bisa bergaya menggunakan merek ternama tanpa membuat dompet terbakar.

Maklum, tidak sampai Rp200.000 sudah bisa memba-wa pulang dua kantong belanja berisi celana jeans merek ternama, jaket, dan beberapa kaus. Yang terpenting, barang-barang yang dijual adalah produk asli walaupun sebagian besar memang second hand alias bekas.

Di luar Gedebage, Bandung memang sudah lama menjadi kota tujuan wisata belanja terutama untuk pakaian. Jarak tempuh yang tidak jauh dari Jakarta membuat Kota Kembang selalu dipenuhi turis lokal tiap akhir pekan.

Banyaknya pabrik tekstil dan garmen, yang memproduksi pakaian untuk sejumlah merek asing, di sekitar wilayah Bandung menjadi keuntungan tambahan. Pasalnya, produk-produk yang tidak lolos standar ekspor akhirnya dijual lewat factory outlet dengan harga yang terjangkau.

Untuk mereka yang dompetnya lebih tebal, factory outlet dan mal menjadi tujuan. Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Jawa Barat menyebutkan dari 43 pusat perbelanjaan di provinsi itu, 17 di antaranya berada di Bandung.

Jumlah ini belum termasuk factory outlet, yang sempat booming pada awal 2000-an. Jumlah 17 pusat perbelanjaan pun dipandang belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

Ketua APPBI Jawa Barat Didie S. Markibah menilai ruang penambahan mal di Bandung khususnya dan Jawa Barat umumnya masih terbuka. “Bandung masih bisa menampung tiga atau empat mal lagi,” ujarnya kepada Bisnis, belum lama ini.

Alasannya, jumlah penduduk besar dan tingkat pertumbuhan ekonomi terbilang tinggi. Jumlah penduduk Bandung tercatat sebanyak 2,65 juta jiwa per 2012, sedangkan Jawa Barat lebih dari 46,49 juta jiwa pada 2011.

Adapun tingkat pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun lalu berada di level 5,03%. Meski lebih rendah dibandingkan realisasi 2014 yang sebesar 5,09%, tapi angka itu jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 4,79%.

Perlambatan tersebut diakui turut menekan pendapatan para pengelola pusat perbelanjaan di Jawa Barat. Jika biasanya mereka menikmati kenaikan penjualan di kisaran 6%-7%, maka pada 2015 menyusut ke level 4%-5%.

Tetapi, tahun ini kondisinya diyakini bakal lebih baik. Percepatan penyerapan anggaran belanja pemerintah diharapkan dapat memacu perputaran ekonomi di daerah serta mengerek daya beli masyarakat.

PERMINTAAN PERITEL

Mal dan pusat perbelanjaan yang ada sekarang pun diklaim masih belum mampu memenuhi permintaan dari para retailer  yang ingin berekspansi. Bila dilihat seksama, banyak merek asing ternama yang telah memiliki gerai di mal-mal Bandung, seperti Guess maupun Tod’s.

“Demand dari masyarakat pun besar. Kalau kita lihat saat akhir pekan, mal dan factory outlet selalu penuh,” terang Didie. Pernyataan itu benar adanya.

Ruas jalan Dago, Riau, dan Suka jadi adalah jalan utama yang selalu dipadati oleh kendaraan pribadi berpelat B, F, hingga BL dan KT, terutama ketika akhir pekan dan musim liburan. Ketiga ruas itu menjadi sentra factory outlet dan mal di Bandung.

Pada 2014 saja jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Kembang mencapai 6 juta dalam setahun. Mayoritas merupakan turis lokal. Adapun turis asing sebagian besar berasal dari negara-negara Asean.

Air Asia bahkan telah memiliki rute Kuala Lumpur-Bandung sejak beberapa tahun terakhir untuk mengakomodasi warga Malaysia yang ingin pelesir. Bukan rahasia umum jika salah satu tujuan mereka adalah kawasan Pasar Baru.

Didie menambahkan sebagian besar pusat perbelanjaan di Bandung terkonsentrasi di wilayah pusat dan utara. Sementara, daerah timur dan selatan kota jumlahnya sangat terbatas serta dipandang tidak sebanding dengan potensi ekonomi yang ada.

Di luar Bandung, Cirebon dan Tasikmalaya disebut sebagai daerah yang prospektif untuk pengembangan pusat perbelanjaan. Tasikmalaya disebut mempunyai kelompok kelas menengah ke atas yang cukup besar, sedangkan Cirebon sudah lama menjadi salah satu pusat perekonomian di Jawa Barat lantaran dekat dengan pelabuhan.

Sayangnya, embel-embel daerah wisata belanja membuat Bandung dan juga Jawa Barat rawan terha dap peredaran barang palsu.  Di sisi lain, MEA pastinya mendatangkan lebih banyak wisata wan asing ke Indonesia.

Potensi pertumbuhan ekonomi pun datang dari situ. Terlepas dari asli atau tidaknya barang-barang yang diperjualbelikan, Bandung tampaknya masih akan memegang predikat sebagai salah satu kota wisata belanja di Indonesia. (k6/k29)



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Annisa Margrit
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Rabu (10/2/2016)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper