Bisnis.com, MALANG - Petani melaporkan Perum Bulog kepada Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman lantaran lembaga itu tidak pernah hadir di tengah petani sehingga gabah hasil panen dijual kepada tengkulak.
"Kami berharap petugas Bulog mau turun ke tingkat petani untuk membeli gabah petani sebab selama ini Bulog tidak pernah hadir di tengah petani sehingga gabah hasil panen petani tetap dijual kepada tengkulak," ujar petani tersebut ketika berdialog dengan Mentan di Desa Senggreng, Kecamatan Sumber Pucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (2/2/2016).
Selain itu, petani itu juga mengusulkan adanya cabang atau petugas Bulog di kampung-kampung atau di kota agar petani tidak jauh-jauh menjual gabah hasil panen.
"Pokoknya kami mau, gabah kami dibeli Bulog tidak apa-apa, tetapi kami mohon petugas dari Bulog ini datang lansung ke tingkat petani," ucapnya.
Menanggapi keinginan petani tersebut, Mentan Amran mengatakan komunikasi harus terjalin dua arah. Direktur Bulog yang hadir dalam kesempatan itu, juga diminta memikirkan usulan petani sehingga peran Bulog bisa sampai ke tingkat bawah.
"Harapan kami antara petani dengan Bulog ini ada komunikasi yang intensif dan terbuka terkait pembelian gabah petani ini, baih harga patokan pemerintah (HPP) maupun kualitas gabah yang dijual," ucapnya.
Saat ini stok beras di gudang Bulog mencapai 400.000 sampai 500.000 ton. Pada bulan Februari nanti akan ada panen lagi yang diperkirakan mencapai 5.000.000 ton, kemudian pada bulan Maret ada panen raya dari lahan seluas 2,5 juta hektare dengan perkiraan beras yang dihasilkan mencapai 12 juta--13 juta ton.
Namun, sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman meminta petani untuk menjual gabah hasil panen mereka ke Badan Urusan Logistik karena Bulog harus tetap memiliki stok yang cukup dan mendistribusikannya ketika harga beras tinggi.
"Bulog ini merupakan garda depan untuk menstabilkan harga pangan sehingga harus selalu memiliki stok yang cukup karena sewaktu-waktu harus melakukan operasi pasar (OP) pada saat dibutuhkan untuk menstabilkan harga, khususnya beras," kata Mentan.
"Kami berharap ada sinergi antara petani dan Bulog. Ketika permintaan tinggi, sedangkan bahan pokoknya (beras) kurang, tentu harga akan naik drastis, pada saat seperti inilah peran Bulog bagaimana cara menyelesaikannya tanpa menimbulkan gejolak pasar," ujarnya.
Salah seorang petani yang mengikuti dialog mengutarakan unek-uneknya kepada menteri.
"Kami berharap petugas Bulog mau turun ke tingkat petani untuk membeli gabah petani sebab selama ini Bulog tidak pernah hadir di tengah petani sehingga gabah hasil panen petani tetap dijual kepada tengkulak," ujar petani tersebut.
Selain itu, petani itu juga mengusulkan adanya cabang atau petugas Bulog di kampung-kampung atau di kota agar petani tidak jauh-jauh menjual gabah hasil panen.
"Pokoknya kami mau, gabah kami dibeli Bulog tidak apa-apa, tetapi kami mohon petugas dari Bulog ini datang lansung ke tingkat petani," ucapnya.
Menanggapi keinginan petani tersebut, Amran mengatakan komunikasi harus terjalin dua arah. Direktur Bulog yang hadir dalam kesempatan itu, juga diminta memikirkan usulan petani sehingga peran Bulog bisa sampai ke tingkat bawah.
"Harapan kami antara petani dengan Bulog ini ada komunikasi yang intensif dan terbuka terkait pembelian gabah petani ini, baih harga patokan pemerintah (HPP) maupun kualitas gabah yang dijual," ucapnya.
Saat ini stok beras di gudang Bulog mencapai 400.000 sampai 500.000 ton. Pada bulan Februari nanti akan ada panen lagi yang diperkirakan mencapai 5.000.000 ton, kemudian pada bulan Maret ada panen raya dari lahan seluas 2,5 juta hektare dengan perkiraan beras yang dihasilkan mencapai 12 juta--13 juta ton.