Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian memastikan lonjakan harga jagung tidak akan terjadi lebih lama karena dalam waktu dekat seluas 3 juta hektare lahan jagung siap dipanen.
Panen puncak kali ini diyakini menurunkan harga jagung yang menurut pabrik pakan tengah tinggi.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyampaikan selama Februari, akan ada panen jagung seluas 3 juta hektare di beberapa wilayah di Jawa Tengah. Dia berharap harga jagung saat panen berada di level yang sesuai.
"Kalau panen itu harga jagung per kilogram bisa sampai Rp1.500 di tingkat petani. Saat harga jagung jatuh, industri mana yang menyerap? Bulan depannya akan panen terus di daerah," kata Amran dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (29/1).
Berdasarkan informasi yang diperolehnya, pada Maret mendatang pun akan ada panen seluas total 4 juta hektare di beberapa daerah di Indonesia. Pada Januari, katanya, harga jagung memang naik karena tengah panen gadu sehingga ketersediaan jagung menipis.
Harga jagung akan berangsur turun saat Februari-Maret mendatang karena memasuki masa panen. Untuk itu, dia berharap peternak dan pabrik pakan bersiap untuk menampung hasil panen petani.
Sebelumnya, kalangan pelaku industri peternakan menyebut saat ini harga jagung telah melonjak dengan tidak wajar, mencapai Rp6.500 per kilogram atau naik hampir 100% dari rata-rata harga pipilan yang mereka serap untuk bahan baku pakan yaitu RP3.500 per kilogram.
Hal tesebut secara langsung mengerek harga pakan ternak yang diserap oleh peternak rakyat untuk membesarkan ayam usia sehari (day old chick/DOC). Padahal, kini mereka juga tengah menghadapi tantangan berat karena jumlah pasokan DOC dari produsen turun.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Pakan Indonesia (APPI) Sudirman menyampaikan dalam tiga tahun terakhir, tren impor jagung memang meningkat karena pelaku usaha kerap tidak memperoleh jagung dengan harga dan kadar air sesuai di dalam negeri.
Menurutnya, dari total kebutuhan jagung dengan kadar air 14% misalnya, total kebutuhan tahun lalu yaitu 8 juta ton, 40% atau 3,2 juta ton di antaranya diperoleh melalui mekanisme impor. Sisanya, menyerap jagung lokal produksi petani.
“Sejak 2012-Juli 2015, harga jagung stabil. Hari ini [kemarin] naik sampai Rp7.200. dampaknya, harga ayam mengalami kenaikan karena biaya produksinya naik sangat drastis. Setiap Rp100 kenaikan harga jagung, biaya produksi peternak naik Rp80,” ungkap Sudirman.