Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah diminta untuk tidak hanya berorientasi menaikkan kesejahteraan petani jagung dalam negeri tanpa memiliki solusi pasti untuk dapat mengendalikan harga komoditas tersebut yang merupakan komposisi utama pakan ternak.
Don Utoyo, Ketua Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI), menyampaikan tingginya harga jagung secara langsung meningkatkan biaya dalam proses produksi ayam dan telur. Padahal, ayam dan telur berkontribusi pada lebih dari 65% kebutuhan protein hewani di Tanah Air.
“Angka itu merupakan enam kalinya jika dibandingkan dengan kontribusi daging sapi [sebagai pemenuh kebutuhan protein]. Selama ini ayam dan telur menjadi sumber pemenuhan protein hewani yang relatif murah,” ungkap Don di Jakarta, Kamis (28/1/2016).
Kementerian Pertanian yang selama ini berupaya keras mengerek kesejahteraan petani jagung sehingga harga komoditas tersebut dibiarkan melambung dengan dalih harga di tingkat petani akan berada di level bagus.
Kendati demikian, di saat yang sama Kementerian Pertanian dinilai tidak dapat menjaga kesinambungan pasokan jagung sebagai bahan baku utama pakan ternak sehingga harganya melambung. Padahal, baik peternak mitra maupun peternak mandiri menyerap pakan dari industri.
Sekitar 50% komposisi pakan ternak merupakan jagung sehingga apabila harga jagung naik, maka biaya produksi peternak ikut melonjak. Saat ini, harga jagung mencapai Rp7.000 per kilogram, jauh dari rata-rata harga pipilan untuk kualitas pakan yang harganya rata-rata Rp3.000-Rp3.500 per kilogram.