Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan pialang properti memasang target penjualan moderat seiring situasi pasar yang baru akan pulih tahun ini. Insentif dan regulasi dari pemerintah diyakini akan menjadi pendorong pemulihan pasar properti tahun ini.
Direktur Pro/Max Indonesia Agatha Meydina mengatakan, tahun ini Pro/Max belum memasang target yang terlalu muluk. Dirinya belum dapat memastikan kondisi pasar pada tahun ini tetapi pada kuartal I sejauh ini terlihat belum ada pergerakan yang signifikan di pasar properti Tanah Air.
Menurutnya, Pro/Max masih membidik peningkatan pemasaran hingga 30% tahun ini. Meski begitu, dirinya masih enggan mengungkapkan nilai pemasaran yang disasar. Sementar itu, di tengah situasi pasar yang melambat tahun lalu, Pro/Max menurutnya masih dapat membukukan penjualan 80% dari target.
“Maksimum 30% dari tahun lalu kenaikannya itu sudah bagus,” katanya saat dihubungi Bisnis, Jumat (29/1/2016).
Peningkatan penjualan tahun ini menurutnya didukung oleh sejumlah proyek baru yang ditangani Pro/Max. Pasar di Surabaya pun menurutnya masih cukup menjanjikan tahun ini. Di saat pasar properti daerah lain cenderung melambat tahun lalu, pasar di Surabaya tampil cukup baik.
Sementara itu, pasar sekunder menurutnya juga akan cukup ramai, tetapi harganya belum terlalu bagus. Oleh karena itu, Pro/Max lebih banyak mengandalkan pasar primer. Pro/Max tahun ini juga menargetkan pembukaan 10 hingga 15 kantor pemasaran baru di luar Jawa untuk mendukung target pemasaran.
“Sejumlah kebijakan baru pemerintah juga walaupun masih pro dan kontra mudah-mudahan kalau tahun ini betul-betul berjalan, mestinya juga bisa bawa angin segar,” katanya.
Principal Li Realty Ali Hanafia mengatakan, peningkatan pasar properti tanah air kemungkinan baru akan terasa mulai Maret mendatang. Sepanjang tahun ini, dirinya memproyeksikan peningkatan pasar properti berkisar antara 15% hingga 20%.
Seiring dengan itu, Li Realty juga memasang target pertumbuhan pemasaran antara 15% hingga 20%. Menurutnya, angka peningkatan tersebut sudah cukup baik untuk tahun ini setelah pasar properti terpukul tahun lalu. Tahun lalu, pencapaian pemasaran Li Realty hanya sekitar 50% dari target.
“Tahun 2012—2013 itu kan penjualan sangat baik untuk seluruh pengembang dan broker. Namun, di 2014 mulai stagnan, sementara 2015 drop 40% sampai 60% sehingga semua target meleset. Tapi pemerintah sudah mulai gelontorkan pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia tahun ini, sehingga ekonomi tahun ini sepertinya akan baik, walaupun krisis global masih berjalan dan ada tekanan politik dan keamanan,” katanya.
CEO Alexa Project Marketing F. Suherman mengatakan, target pemasaran Alexa bersama rekan tahun ini sekitar Rp1,5 triliun. Target tersebut tidak berbeda dari tahun lalu. Namun, realisasi tahun lalu hanya sekitar 60% dari target.
“Alexa akan ambil proyek primary yang nilainya sekitar Rp400 miliar sampai Rp600 miliar, total rencananya RP1,5 triliun. Tapi target bisnis kami 60% saja sudah baik. Tahun ini masih hati-hati sehingga belum ada peningkatan,” katanya.
Meski belum memasang target peningkatan, menurutnya pasar tahun ini sudah akan membaik. Banyak daftar proyek baru yang akan diluncurkan ke pasar dan melibatkan agen properti.
“Sehingga menurut saya, agen properti 2016 ini akan banyak makanan lah, tinggal mereka jeli saja untuk melihat pasar di segmen mana yang bagus,” katanya.
Realisasi yang kurang memuaskan tahun lalu menurutnya karena sebagian besar proyek yang ditangani adalah di segmen menengah, dengan rentang harga antara Rp400 juta hingga Rp1 triliun, sementara pasar di segmen itu masih cukup terpukul.
Namun, setelah beralih ke pasar di segmen bawah dengan harga sekitar Rp200 juta, tanggapan pasar cukup baik. Pendapatan tahun lalu pun sebagian besar disokong oleh segmen apartemen murah di pasar primer.