Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RAPP Siapkan US$100 Juta Untuk Restorasi Gambut

PT RAPP menyatakan siap membantu pemerintah dalam menyiapkan program restorasi lahan gambut
Pohon Akasia jenis crassicarpa dipanen dan dilebur menjadi pulp untuk diolah menjadi kertas di pabrik pengolahan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). RAPP adalah pabrik pulp dan kertas Asia Pacific Resources International Holdings Ltd (APRIL) di bawah  RGE Group  milik Sukanto Tanoto. (Bisnis/Lahyanto Nadie)
Pohon Akasia jenis crassicarpa dipanen dan dilebur menjadi pulp untuk diolah menjadi kertas di pabrik pengolahan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). RAPP adalah pabrik pulp dan kertas Asia Pacific Resources International Holdings Ltd (APRIL) di bawah RGE Group milik Sukanto Tanoto. (Bisnis/Lahyanto Nadie)

Bisnis.com, JAKARTA - PT Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) menyatakan siap membantu pemerintah dalam menjalankan program restorasi gambut yang diperintahkan oleh Presiden Joko Widodo dengan pembentukan Badan Restorasi Gambut (BRG).

Tony Wenas, Presiden Direktur RAPP dalam keterangan tertulisnya Rabu (27/1/2016) menyatakan siap bermitra dengan BRG dan berbagi ilmu pelestarian lahan gambut yang sudah dijalankan oleh perseroan dalam program Restorasi Ekosistem Riau (RER).

"Kami siap bermitra dengan BRG dan membagi best-practices yang sudah kami jalankan melalui program Restorasi Ekosistem Riau," katanya.

RAPP menggandeng LSM Fauna % Flora Indonesia dan Bidara untuk menjalankan program tersebut. Program yang telah dilakukan yakni restorasi di Semenanjung Kampar dan sudah berlangsung selama empat tahun dengan cakupan wilayah awalnya 20.000 hektare, saat ini menjadi 150.000 hektare.

Tony menambahkan, langkah tersebut merupakan upaya untuk melestarikan gambut di Semenanjung Kampar sekaligus implementasi komitmen 1:1 dalam Sustainable Forest Management Policy (SFMP) 2.0.

Perseroan dalam hal ini juga menyiapkan investasi US$100 juta yang akan digelontorkan selama 10 tahun ke depan dalam rangka mendukung kampanye penurunan emisi gas rumah kaca Indonesia sebesar 29% pada 2030.

"Dana tersebut digunakan untuk empat fase perlindungan lahan gambut dan hutan, penanaman kembali dan konservasi yaiitu Melindungi, Mengkaji, Merestorasi, dan Mengelola," ucap Tony.

Ketua Himpunan Gambut Indonesia (HGI) Supiandi Sabiham mengatakan pengelolaan gambut bisa melalui keterlibatan perusahaan swasta sesuai amanat Wakil Presiden Jusuf Kalla saat melakukan kunjungan di Bali.

"Wapres meminta perusahaan harus berpartisipasi bersama untuk merestorasi hutan dan gambut yang rusak," ujarnya.

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Satya W Yudha juga menyatakan dukungannya terhadap pemerintah menjalankan program prioritas restorasi gambut agar kebakaran hutan seperti tahun 2015 tidak terulang lagi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Akhirul Anwar

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper