Bisnis.com, JAKARTA--Juda Agung, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, menilai aktivitas ekonomi mulai menggeliat sejak Desember 2015 khususnya di investasi.
Perbaikan ekonomi domestik didorong oleh meningkatnya arus impor yang mendukung sektor produktif terutama yang terkait realisasi proyek infrastruktur.
Dia memproyeksikan kenaikan defisit transaksi berjalan masih cukup sehat dengan berada di level 2,5%-2,7% sepanjang 2016.
Investasi yang semakin meningkat, imbuhnya, akan terus mendorong peningkatan impor. Sementara, pertumbuhan ekspor tahun lalu masih tertahan akibat permintaan global melemah dan menurunnya harga komoditas.
“Kalau investasi sudah banyak, ini akan mendorong impor. Selama masih sehat dibawah 3%, kami memandang itu tidak masalah,” ujarnya, di Gedung Bank Indonesia, Kamis (14/1/2016).
Bank Indonesia telah melonggarkan kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dari 7,5% sejak Februari 2015 menjadi 7,25%. BI menganggap stabilitas makroekonomi terjaga dan ketidakpastian pasar keuangan global telah mereda setelah kenaikan Fed-Fund Rate (FFR).
Sejumlah indikator yang menjadi pertimbangan Bank Indonesia seperti defisit transaksi berjalan sepanjang 2015 yang diperkirakan membaik dari 3,1% menjadi sekitar2% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Rupiah yang mulai menguat di akhir tahun lalu meskipun secara rata-rata mencatat pelemahan. Secara point to point, rupiah mengalami penguatan 0,36% (month-to-month) ke level Rp13.785/dolar AS.
Inflasi yang tercatat sebesar 3,35% atau lebih rendah dari tahun sebelumnya juga menjadi pandangan BI turunkan suku bunga acuan. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan BI akan menjaga inflasi pada sasaran yang ditetapkan sebesar 4±1% hingga 2017 dan 3,5%±1% pada 2018.
“Selain itu, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan kinerja pasar keuangan yang cukup kuat,” katanya.
Pada pasar keuangan global, BI meyakini kenaikan FFR telah diantisipasi pasar. The Fed yang akan menaikkan suku bunga secara gradual dan terbatas juga tidak menimbulkan gejolak secara global. Namun, BI akan terus mencermati risiko perlambatan ekonomi China dan menurunnya harga komoditas global.