TETAPI, protes itu tak hanya mencuat di lobi utama.
Usai pembacaan putusan menjelang akhir tahun, saya melihat meme—memuat foto Parlas Nababan menempelkan kedua telapak tangannya saat duduk—, menjadi sasaran ejekan para warga dunia maya. Saya melihat gambar itu menyebar di Facebook dan Twitter. Isi tulisannya, mengutip sebagian kalimat putusan majelis hakim tersebut.
“Bakar Hutan itu Tidak Merusak Lingkungan Hidup, Karena Masih Bisa Ditanami Lagi.”
Ejekan macam ini menyebar cepat. Sejak awal Januari, beredar tanda pagar #LogikaHakim di Twitter dengan kalimat-kalimat nyinyir sekaligus lucu. Selain tanda pagar dan meme, ada pula komik sinis soal Parlas Nababan.
“Gapapa ga usah makan, ntar juga laper lagi,” kata pemilik akun @DinandDND.
“Gapapa korupsi, kan nanti orang bayar pajak lagi,” cuit pemilik akun @hariadhi.
“Nggak papa disakitin, toh masih sayang,” kata @romiyoo.
“Rasa yg tlah hilang, apa msh bisa tumbuh lg?” ujar @novitarbiah.
Protes itu, saya kira, bikin orang lebih paham apa yang telah terjadi di Palembang.
Saya pun menanyakan kemungkinan pemeriksaan ketiga hakim itu ke Indra Syamsu, Kepala Bagian Pengolahan Informasi Masyarakat KY.
Dia menuturkan pihaknya akan mempelajari data gabungan yang baru diperolehnya dari Koalisi Anti Mafia Hutan, dengan Penghubung KY di Palembang.
Indra menyatakan dugaan pelanggaran etika itu terdapat pada tidak dipertimbangkannya soal aturan lingkungan—namun tak menjelaskan kapan lembaga itu akan melakukan pemeriksaan.
Masalah ini pun memunculkan reaksi lainnya.
Kurang dari 3 jam lamanya dari waktu wawancara dengan Indra Syamsu, saya menemukan parodi film bekas penguasa Jerman Adolf Hitler—berjudul original Der Untergang atau Downfall yang dirilis pada 2004—untuk mengolok-olok putusan hakim Pengadilan Negeri Palembang.
Parodi ini muncul di linimassa Twitter. Hitler sendiri diperankan oleh Bruno Ganz, aktor gaek kelahiran Swiss. Adegan kemarahan itu dimulai saat Hitler membuka kacamatanya. Sebagian besar anak buahnya kemudian meninggalkan ruangan, dan hanya tersisa lima orang—plus Hitler. Semuanya hening.
“Apa hakim gak punya otak?” kata Hitler, sambil mengetokkan tangannya ke meja. “Sudah jelas mereka salah dan merusak lingkungan. Puluhan ribu hektar hutan kebakar, dan asapnya nyebar sampai ke mana-mana.”