Bisnis.com, JAKARTA -- Kekeringan dan panas yang ekstrim memangkas sekitar 9%-10% produksi sereal secara global dalam setengah abad terakhir, dan dampaknya telah memburuk sejak pertengahan 1980-an.
Para peneliti yang menulis dalam jurnal Natur menyatakan produksi tersebut merugi rata-rata 13,7% pada masa-masa kekeringan sejak 1985, dibandingkan dengan 6,7% selama masa kekeringan sebelum itu.
Tren itu bisa disebebkan oleh kombinasi meningkatnya keparahan kekeringan, yang meningkatkan kerentanan dan dampaknya terhadap kondisi tersebut. Selain itu, ada pula laporan yang lebih besar peristiwa-peristiwa kekeringan.
Penelitian itu sendiri menyoroti urgensi sistem produksi sereal secara global untuk beradaptasi dengan perubahan iklim yang ekstrim.
"Temuan kami dapat membantu panduan prioritas pertanian dan upaya adaptasi untuk melindungi sistem pertanian dan populasi yang bergantung pada sektor itu," kata Navin Ramankutty, Profesor Ketahanan Pangan Global seperti dikutip Trust.org, Jumat (8/1/2015).
Walaupun demikian, analisis itu tak mencatat pengaruh produksi tanaman dari banjir dan kedinginan ekstrim. Penelitian itu memproyeksikan hasil pertanian akan muncul kembali setelah bencana kekeringan tersebut.