Bisnis.com, PEKANBARU – Pemerintah Provinsi Riau memerkirakan pemasukan daerah itu dari dana bagi hasil sektor minyak dan gas bumi pada 2016 akan merosot lebih dalam ke posisi Rp6 triliun dibandingkan penurunan di 2015 lalu yang mencapai Rp4 triliun.
Pelaksana Tugas Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman mengatakan asumsi itu berdasarkan pada perkembangan harga minyak mentah di pasar dunia yang terus cenderung turun.
“Pada APBD 2016 ini asumsi harga minyak mentah di harga USD60 dolar, tetapi sekarang harganya terus turun sampai USD35 dolar dan tentu ini berpengaruh pada pendapatan daerah dari DBH migas,” katanya, Jumat (8/1/2016).
Akibatnya, Riau akan kehilangan potensi pendapatan dari sektor migas sampai Rp6 triliun, mengingat pada 2015 Riau juga mengalami penyusutan DBH migas senilai Rp4 triliun.
Dengan kondisi ini, pemprov akan melakukan serangkaian upaya efisiensi di seluruh satuan kerja, agar tidak terjadi defisit anggaran yang besar.
Langkah konkret itu diwujudkan dalam bentuk penghematan biaya perjalanan dinas, hingga evaluasi program kerja setiap satker yang masih dapat ditunda atau dibatalkan.
“Memang 2016 ini akan terbantu dengan dana silpa 2015, tetapi kami juga tidak bisa gegabah menggunakan anggaran karena melihat situasi ini akan berlanjut sampai 2017,” katanya.