Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai rencana impor beras dari Pakistan dan India dilakukan untuk menjaga stabilitas harga pangan sehingga tingkat kemiskinan tak naik.
Jika pasokan beras tak mencukupi kebutuhan, sambung Kalla, maka harga beras akan melonjak sehingga potensi meningkatnya kemiskinan semakin besar. Sebaliknya, bila pemerintah memiliki persediaan yang cukup, maka harga akan stabil diiringi terjaganya tingkat kemiskinan.
"Bukan soal impor dari mana, ini soal jaga stabilitas harga beras. Kalau tidak stabil atau naik, maka kemiskinan naik,"ujarnya di Kantor Wakil Presiden, Jumat (8/1/2015).
Kendati demikian, Kalla menegaskan pemerintah tetap mengoptimalkan upaya swasembada beras nasional sesuai target jangka menengah pemerintah hingga 2019.
"Swasembada tetap jalan, mudah-mudahan bisa kita capai. Tapi dalam hal yang sama tidak boleh kekurangan persediaan," paparnya.
Sebelumnya, ancaman cuaca yang mengganggu produktivitas padi membuat pemerintah mencari sumber pasokan beras impor.
Menteri Perdagangan Thomas T. Lembong mengatakan saat ini Indonesia telah bekerja sama dengan pemerintah Pakistan untuk pengadaan beras dari negara tersebut. Saat ini, Bulog masih mempelajari dan menata detail teknis stok beras yang ada di Pakistan.
Selain Pakistan, pemerintah juga mendorong kesepakatan dengan pemerintah India untuk menjadi pemasok beras ke Indonesia.
Dalam berapa tahun terakhir India menjadi salah satu eksportir beras yang cukup besar dunia dengan nilai ekspor mencapai US$3 miliar - US$4miliar per tahun untuk beras putih. Kendati demikian, belum ada volume pasti beras yang akan didatangkan dari India maupun Pakistan.