Bisnis.com, JAKARTA -- Maluku berkomitmen untuk menjadi Lumbung Ikan Nasional dengan melakukan optimalisasi potensi kelautan dan perikanan secara berkelanjutan sehingga dapat menjadi penopang ekonomi di masa mendatang.
Hal itu disampaikan secara bersama Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan WWF Indonesia.
Bambang Sumiono, Ketua Kelompok Peneliti Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan Laut pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan-Badan Litbang KKP, menuturkan rencana aksi Maluku menjadi Lumbung Ikan Nasional adalah melalui pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan secara lestari.
Kedua lembaga itu menilai Kawasan Maluku Barat Daya memiliki potensi ekologi yang relatif baik, aspek sosial masyarakat, serta sektor perikanan yang bernilai tinggi dan sangat penting untuk dikelola secara berkelanjutan. Keanekaragaman hayati laut, kepadatan ikan karang relatif tinggi, tutupan karang rapat, dan kearifan lokal yang masih terjaga diharapkan mampu sebagai penopang ekonomi di masa yang akan datang. Hal itu terungkap adalam Survei Cepat Ekologi, Sosial-Ekonomi dan Perikanan di kawasan terluar kepulauan Maluku Barat Daya.
"Ekspedisi yang dilakukan ini akan menjadi acuan dan landasan ilmiah yang kuat untuk mempercepat kesiapan dalam merumuskan bentuk pengelolaan sumber daya perikanan dan pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan di perairan Maluku Barat Daya," kata Bambang dalam rilis bersama WWF, yang dikutip Bisnis.com, Minggu (27/12/2015).
Estradivari, Marine Conservation Science Coordinator WWF-Indonesia, menuturkan pihaknya mengharapkan pengelolaan kawasan dan perikanan yang efektif di Maluku Barat Daya, dapat terwujud secepatnya. Kabupaten itu, paparnya, memiliki potensi besar melalui sektor perikanan dan pariwisata bahari.
Survei cepat adalah pendekatan untuk menginvestigasi situasi kompleks dalam kondisi waktu dan sumber daya terbatas, dan tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian jangka panjang yang mendalam. Sebanyak 16 peneliti terlibat dalam pengumpulan data kondisi ekologi laut, perikanan dan sosial-ekonomi masyarakat di 30 lokasi survei bawah laut dan 14 desa target.