Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pacu Komoditas Unggulan, Jabar Perlu Kembangkan Rencana Induk Perkebunan

Kebun teh
Kebun teh

Bisnis.com, BANDUNG - Jawa Barat didorong untuk terus mengembangkan rencana induk perkebunan guna memacu produktivitas komoditas unggulan seperti kopi, teh, dan kakao.

Pengamat Perkebunan Jabar Iyus Supriatna menilai penyusunan master plan tersebut akan memuat rencana penambahan luas lahan serta strategi peningkatan produktivitas perkebunan.

Menurutnya, master plan perkebunan harus harmonis dengan rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) dengan tetap menjaga batas minimal area hijauan dan tangkapan air.

"Penyusunan ini harus memperhatikan kaidah-kaidah konservasi yang secara sosial dan budaya dapat diterima masyarakat, serta secara ekonomi menguntungkan dan berkelanjutan," ujarnya, Jumat (18/12/2015).

Dia menjelaskan pengembangan master plan yang lambat menjadi kendala peningkatan produktivitas dan mutu produksi komoditas perkebunan, serta rendahnya nilai tambah dalam proses produksi hingga pascapanen dan pengolahan hasil.

Masalah lainnya yang menghambat pembangunan sektor perkebunan yakni sistem pemasaran komoditas perkebunan belum memadai.

"Sertifikasi bagi produk pangan kakao, kopi, dan teh belum terjamin. Hal ini menghambat keberlangsungan untuk memperbesar pemasaran," katanya.

Dia mengharapkan lahan untuk komoditas unggulan di Jabar dapat bertambah setidaknya 5% setiap tahun.

Di sisi lain, Gabungan Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) Jawa Barat menyatakan menghadapi pasar bebas Asean pemerintah perlu memperbaiki akses pasar.

Ketua Gapperindo Jabar Mulyadi Sukandar menyatakan selama ini komoditas perkebunan di Jabar sudah unggul seperti kopi, teh, dan kakao. Namun, masih terkendala masalah akses pasar.

"Volume produksi sebenarnya sudah mencukupi, tetapi di proses pengolahan serta pemasaran masih perlu diperbaiki," ujarnya.

Dia menjelaskan jika pengolahan dan pemasaran tidak diperbaiki, produk impor akan semakin deras membanjiri pasar dalam negeri. Hal ini tentunya sangat merugikan petani dan industri pengolah lokal.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper