Bisnis.com, JAKARTA -- Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian berhasil melakukan pengolahan sorgum menjadi tepung yang mampu menggantikan tepung terigu.
Pelaksana Harian Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian Ridwan Rachmat di Bogor, Rabu (9/12/2015) mengatakan sorgum merupakan komoditas pangan asli Indonesia namun saat ini belum banyak dibudidayakan serta dijadikan bahan pangan oleh masyarakat.
"Kami sudah memiliki teknologi penepungan sorgum ini sehingga nantinya (tepung sorgum) bisa diperbanyak oleh masyarakat," katanya di sela pengenalan Galery Inovasi Teknologi Pascapanen atau Gerai Pascapanen.
Gerai Pasca Panen yang diluncurkan Desember 2014 itu merupakan tempat untuk memamerkan produk inovasi teknologi pascapanen yang dihasilkan peneliti, sarana promosi produk dari mitra kerjasama BB Pascapanen.
Menurut Ridwan Rachmat, sorgum memiliki kandungan glutenin yang lebih rendah dari gandum sehingga secara kesehatan lebih menyehatkan daripada tepung terigu.
Selain itu, lanjutnya, sorgum memiliki berbagai keunggulan dibandingkan tanaman pangan lain yakni dapat ditanam pada lahan suboptimal, tanpa memerlukan pemupukan, bisa dikembangkan di lahan gambut.
Saat ini BB Pasca Panen Pertanian mengambangkan sejumlah Model Agro Industri (MAI) sorgum antara lain di Kabupaten Lamongan dan Madura Jawa Timur.
Sementara itu teknologi penepungan sorgum yang dihasilkan BB Litbang Pasca Panen Pertanian merupakan buah penelitian Dr. Endang Yuli Purwani tenaga peneliti dari intansi tersebut.
Melalui riset yang dilakukannya akhirnya pihaknya mampu menghasilkan teknologi yang mampu menjadikan biji sorgum sebagai tepung untuk menggantikan tepung terigu yang berbahan gandum.
Terkait hal itu PT Bukaka berminat melakukan investasi untuk mengembangkan tepung sorgum sebagai pengganti tepung terigu sehingga nantinya lebih banyak diterima masyarakat.
Manajer PT Bukaka Sofi Farid Bachtir menyatakan, minat untuk mengembangkan usaha tepung sorgum berawal dari penyakit yang dideritanya, oleh dokter didiagnosa karena mengkonsumsi terigu yang memiliki kandungan glutenin tinggi.
"Sedangkan sorgum dengan kandungan glutenin rendah ternyata bagus untuk menderita diabetes. Sorgum ada zat antidiabetik," katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, pihaknya melakukan kemitraan dengan BB Litbang Pasca Panen Pertanian selaku pemegang hak teknologi penepungan sorgum untuk memasarkan komoditas pangan tersebut.
Menurut dia, salah satu kendala untuk mengembangkan usaha tepung sorgum karena sampai saat ini belum banyak petani yang melakukan budidaya tanaman tersebut dengan alasan tidak ada pasarnya.
Saat ini, tambahnya, untuk mendapatkan satu ton sorgum sangat sulit, kalaupun sudah memperolehnya kelanjutan pasokannya tidak bisa dijamin.
Padahal, lanjut Sofi, di Papua terdapat sorgum yang dipasarkan ke Italia dengan harga 6-8 dolar AS per kilogram jauh dari harga di tingkat petani yang hanya Rp2.500 per kilogram.
Dia menyatakan, pemanfaatan tepung sorgum mampu menekan impor terigu hingga 90 persen, sehingga pemerintah sudah saatnya mendorong pengembangan tanaman sorgum.
Saat ini, di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah terdapat lahan sorgum seluas 500 hektar yang dikembangkan swasta untuk bahan baku gula cair.
Tepung Sorgum Siap Gantikan Terigu
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian berhasil melakukan pengolahan sorgum menjadi tepung yang mampu menggantikan tepung terigu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
1 jam yang lalu
PPN 12% untuk Barang Mewah, Pengusaha: Hampir Semua Kena
2 jam yang lalu