Bisnis.com, SAMARINDA - Pemerintah provinsi Kalimantan Timur mendorong keterlibatan investor swasta untuk mendukung program 2 juta ekor sapi pada 2018.
Kepala Dinas Peternakan Kalimantan Timur Dadang program swaswmbada sapi yang dicanangkan pemerintah provinsi terkendala soal pendanaan.
Menurunya, program tersebut mustahil dicapai jika hanya mengandalkan anggaran pemerintah. Dengan populasi sapi potong yang saat ini hanya 102.000 ekotr, potensi bisnis sapi di Kalimantan Timur terbuka lebar.
“Pemerintah siap memberikan kemudahan perizinan bagi investor di sektor peternakan,” katanya, kepada Bisnis, Kamis (3/12/2015).
Dadang menuturkan, perusahaan tambang dan sawit merupakan salah satu potensi investor yang potensial. Menurutnya perusahaan harus membentuk unit usaha khusus di bisang peternakan sapi.
Dia juga menyarankan untuk menghindari pelaksanaan usaha menggunakan dana CSR karena dinilai tidak akan berjalan maksimal.
Perusahaan sawit dan tambang bisa mengintergrasikan usaha peternakan sapi di lahan milik mereka. Proyek integrasi ini akan mulai dilaksanakan seiring dengan kedatangan 11.000 ekor indukan sapi jenis Brahman Cross asal Australia.
Menurut Dadang, sapi-sapi ini akan dikembangkan melalui sistem integrasi sapi dengan kebun sawit dan integrasi sapi dengan lahan bekas tambang batu bara. Perinciannya, sebanyak 10.000 ekor akan dipelihara di wilayah kebun kelapa sawit, sedangkan sisanya di lahan bekas tambang.
Impor 11.000 indukan sapi ini merupakan bagian dari upaya pemprov Kalimantan Timur mengejar target swasembada sapi di 2018. Pada tahun itu, diperkirakan populasi sapi di Kaltim mencapai 2 juta ekor dengan kebutuhan hanya 500.000 ekor.
Program impor indukan sapi ini didanai oleh APBD dan APBN dengan porsi paling besar dari pemerintah pusat. Sapi-sapi ini nantinya akan diberikan kepada 200 kelompok tani di berbagai kabupaten dan kota di Kalimantan Timur.
Dua kabupaten yaitu Paser dan Kutai Kartanegara dipilih menjadi tempat pemeliharaan sapi di lahan bekas tambang dengan masing-masing luas lahan 100 hektar dan 80 hektar. Guna memuluskan program tersebut Dinas Peternakan menggandeng peneliti dari Institut Pertanian Bogor agar lebih produktif.
Dadang menjelaskan sampai saat ini Kalimantan masih mengandalkan pasokan daging sapi dari luar daerah seperti Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Provinsi Kaltim, kebutuhan daging masyarakat Kaltim mencapai sekitar 10.318 ton per tahun. Kebutuhan tersebut setara dengan 66.359 ekor sapi.