Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia menyatakan perkembangan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia berdasarkan jangka waktu sisa rasio ULN jangka pendek terhadap jangka panjang terus menurun.
Untuk diketahui, posisi ULN pada kuartal III/2015 tercatat senilai US$302,4 miliar, turun sebesar 0,68% dari posisi kuartal II/2015 yang senilai US$304,5 miliar.
Namun, bila dibandingkan dengan akhir tahun lalu yakni Desember 2014 mengalami kenaikan sebesar 2,9% menjadi US$293,8 miliar dan meningkat sebesar 2,68% dari kuartal III/2014 yang senilai US$294,49 miliar.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik Bank Indonesia Hendy Sulistiowati mengatakan berdasarkan jangka waktu sisa, posisi ULN Indonesia pada kuartal III/2015 didominasi oleh pinjaman jangka panjang yakni sebesar 85,5% dari total ULN yang senilai US$302,4 miliar.
"Dengan pertumbuhan 4% (y-o-y) melambat dari bulan sebelumnya yang sebesar 8,5% (y-o-y). Pinjaman jangka pendek yang pangsanya sebesar 14,47% dari total ULN dan terkontraksi 2,8% (y-o-y)," ujarnya dalam acara BI Bareng Media (BBM) di Gedung BI, Jumat (20/11/2015).
ULN jangka pendek pada kuartal III/2015 tercatat senilai US$43,77 miliar menurun dari kuartal II/2015 yang senilai US$44,7 miliar dan juga turun sebesar 7,11% dari kuartal III/2014 yang senilai US$47,19 miliar.
Sementara itu, utang jangka panjang pada kuartal III/2015 tercatat senilai US$258,6 miliar, turun sebesar 0,44% dari kuartal II/2015 yang senilai US$259,79 miliar dan juga menurun sebesar 4,58% dari kuartal III/2014 yang senilai US$247,3 miliar.
Pertumbuhannya semua melambat ULN jangka pendek menunjukan perusahaan Indonesia lebih banyak bayar daripada mengutang. Jangka Panjang juga ada tapi melambat.
"Rasio ULN jangka pendek terhadap jangka panjang sebagai salah satu indikator risiko utang terus menurun. Pertumbuhannya melambat pada ULN jangka pendek menunjukan perusahaan Indonesia lebih banyak bayar daripada mengutang. Ini juga termasuk yang jangka panjang karena juga melambat," tutur Hendy.