Bisnis.com, JAKARTA—Satu konsultan properti berpendapat pertumbuhan harga residensial di Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi atau Bodetabek bisa lebih tinggi dibandingkan Jakarta.
Head of Research and Advisory Cushman & Wakefield Indonesia Arief Rahardjo menuturkan, pertumbuhan harga area Bodetabek bisa lebih tinggi dibandingkan Jakarta, karena harga rumah dan apartemen strata tittle di Ibu Kota Negara memang sudah terlampau tinggi.
“Secara suplai sekarang lebih banyak ke area penyangga,” tuturnya pada Bisnis.com, Kamis (19/11/2015)
Berdasarkan riset Cushman, pada kuartal III/2015, sekitar 85% apartemen yang sudah terbangun berada di wilayah Jakarta, sedangkan pasokan mendatang hingga 2019 mayoritas atau sekitar 57% terdapat di Bodetabek.
Jumlah populasi Jakarta, sebagai area metropolitan terbesar kedua di dunia setelah Tokyo-Yokohama di Jepang, semakin bertambah dan membuat masalah urbanisasi semakin kompleks.
Harga lahan berikut propertinya kian melambung sehingga kelas menengah dan menengah bawah kesulitan mencari tempat tinggal.
Sebagai solusi, pengembang kemudian bergerak meyediakan di area penyangga Jakarta, terutama Tangerang, Bekasi, dan Depok sejak 2012.
Pemerintah mendorong pengembangan tersebut dengan pembangunan sarana transportasi masal seperti kereta listrik, Light Rail Transit (LRT), Mass Rapid Transit (MRT) dan pembukaan aksesbilitas melalui jalan tol. Pusat kota pun dapat terhubung area penyangga pun dapat terhubung agar perpindahan jauh lebih mudah.
Arief menyampaikan, pengembangan akses transportasi dan infrastruktur mampu mendongkrak pertumbuhan harga properti mencapai 20% per tahun. Bahkan di Serpong, Tangerang, harga bisa terkerek 30% - 40% per tahun.
Menurutnya, area sekitar Jakarta cocok untuk kelas menengah dengan daya beli yang terbatas. Namun, seiring meningkatnya harga lahan konsep hunian pun mengarah pada rumah pangsa atau vertikal. Adapun perkiraan rasio harga apartemen adalah 20% - 40% dari nilai jual rumah tapak di satu kawasan.