Bisnis.com, BANDUNG--Pemerintah Provinsi Jawa Barat bakal mendorong pengembangan industri kopi guna meningkatkan daya saing di level domestik maupun global.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jabar Ferry Sofwan Arief mengatakan pengembangan lelang kopi asal Jabar secara khusus.
"Ini merupakan langkah untuk transparansi harga dan promosi agar konsumen mengetahui bahwa kopi yang dibelinya berasal dari mana? Kalau Jabar misalnya dari Malabar atau Gunung Tilu," katanya, Kamis (19/11/2015).
Ferry menjelaskan standardisasi harga komoditas kopi akan terlihat transparansinya sehingga tidak akan merugikan petani maupun industri.
Selama ini harga kopi memang sulit diukur karena belum adanya acuan yang mengaturnya.
"Kami juga akan mendirikan lembaga sertifikasi kopi agar beberapa daerah penghasil di Jabar memiliki sertifikat," ujarnya.
Mengutip data BPS pada 2014, dia menyebutkan perkebunan kopi rakyat di Jabar sekitar 32.228 hektare (ha) dengan jumlah produksi mencapai 17.500 ton per tahun.
Adapun, perkebunan milik negara sekitar 2.500 ha dengan produksi 5.000 ton per tahun.
"Produksi dan luasan ini masih relatif sedikit, kami harus terus memacu produksinya karena permintaan terus meningkat," katanya.
Adapun, untuk ekspor kopi dari Jabar baik roasted dan green been hanya 187 ton per tahun dengan nilai US$1,3 juta.
Lewat West Java Coffee Festival 2015 yang akan digelar di Trans Studio Bandung 20-22 November diharapkan akan mengangkat kopi Jabar semakin dikenal.
"Kami ingin lewat festival ini masyarakat lebih tahu jika kopi Jabar memang memiliki daya saing yang kuat di level pasar domestik maupun global," tegasnya.
Sementara itu, kalangan pelaku usaha kopi di Jawa Barat meminta pemerintah mempermudah pengurusan sertifikasi IG komoditas kopi, guna meningkatkan daya saing di pasar domestik maupun global.
Owner Morning Glory Coffee Jabar Natanael Haris mengaku sertifikat IG sangat penting agar komoditas kopi asal Jabar tetap berdaya saing di level domestik maupun global.
"Konsistensi varietas kopi untuk mendapatkan sertifikasi IG harus terjaga dalam satu perkebunan," ujarnya.
Dia menjelaskan, jika varietas tidak terjaga maka komoditas kopi sulit untuk mendapatkan sertifikat IG.
"Dari waktu ke waktu memang varietas kopi mengalami perubahan dalam satu perkebunan, tapi yang harus dijaga yakni perubahannya itu tidak terlalu besar," katanya.
Selanjutnya, jika sertifikasi IG kopi sudah banyak didapat petani, tata niaga kopi akan menguntungkan, karena asal usul kopi sudah dipercaya konsumen.
"Selama ini kopi masih open market, siapa pun bisa masuk. Harusnya lebih tertata dengan baik, karena harganya yang menentukan pembeli bukan penjual," tuturnya.
Pada kesempatan terpisah, dalam rangka menyambut era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, Pemkab Bandung Barat menggabungkan tiga kopi unggulan asal daerah tersebut menjadi The Best Coffee of Bandung Barat.
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung Barat Ida Nurhamida menuturkan tiga kopi unggulan Bandung Barat terdiri dari kopi Lembang, Burangrang dan Gununghalu.